Minggu, 07 Juli 2013

KOMBINASI PROSES PRESIPITASI DAN ADSORPSI KARBON AKTIF DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT


Limbah cair industri penyamakan kulit termasuk ke dalam B3 karena mengandung unsur Krom (Cr) yang berasal dari penambahan senyawa Krom sulfat pada proses tanning (penyamakan).Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pengolahan yang efektif untuk menyisihkan parameter pencemaran pada air limbah penyamakan kulit.
Untuk mengurangi dampak yang terjadi dengan cara kombinasi proses presipitasi kimia dan adsorpsi untuk menyisihkan parameter pencemar yang terdapat dalam air limbah industri penyamakan kulit dengan efisiensi penyisihan yaitu 97,98 % untuk TSS, 97,35% untuk BOD5, 98,03% untuk COD, 99,67% untuk Krom total (Cr).
Sistem yang digunakan pada penelitian ini adalah batch, dengan presipitan yang digunakan yaitu senyawa alkali NaOH dan karbon aktif tempurung kelapa sebagai adsorben. Berdasarkanhasil penelitian kombinasi proses presipitasi kimia dan adsoprsi karbon aktif efektif menyisihkan parameter pencemar pada air limbah industri penyamakan kulit.
Efisiensi penyisihan tersebut diperoleh setelah air limbah industri penyamakan kulit tersebut diolah dengan menggunakan proses presipitasi kimia dengan menggunakan presipitan alkali NaOH pada pH optimum 9 serta proses adsorpi karbon aktif dengan jenis adsorben yang dipergunakan adalah tempurung kelapa seberat 0,5 gram dengan waktu kontak 5,5 jam. Konsentrasi akhir pencemar utama yaitu TSS sebesar132 mg/L, BOD5 sebesar 12,6 mg/L, COD sebesar 16 mg/Ldan Krom total sebesar 0,08 mg/L telah memenuhi Baku Mutu Limbah Cair yang disyaratkan sehingga air limbah aman untuk dibuang ke badan air penerima.
Kecamatan Sukaregang Kabupaten Garut merupakan pusat industri penyamakan kulit di Provinsi Jawa Barat yang membuang limbah cair ke Sungai Ciwalen. Sungai Ciwalen merupakan anak Sungai Cimanuk yang melintasi sentra industri penyamakan kulit di Kabupaten Garut yang airnya dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan domestik, perikanan dan pertanian sehingga peningkatan pencemaran terhadap sungai tersebut berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pengolahan yang efektif untuk menyisihkan parameter pencemaran pada air limbah penyamakan kulit.
presipitan ini berdasarkan pada penelitian tentang Pengurangan Krom total (Cr) dalam Limbah Cair Industri Kulit pada Proses Tannery menggunakan Senyawa Alkali Pada penelitian tersebut diketahui bahwa NaOH merupakan senyawa alkali yang paling efektif menyisihkan Krom total (Cr) pada limbah cair penyamakan kulit dan mudah untuk diterapkan karena senyawa NaOH mudah didapatkan.
pH larutan digunakan sebagai acuan variasi kondisi optimum karena dapat menunjukkan banyaknya presipitan yang ditambahkan sehingga dapat diketahui pengaruh penambahan NaOH terhadap penurunan konsentrasi parameter pencemar padalimbah cair penyamakan kulit.
Penelitian adsorpsi ini menggunakan karbon aktif tempurung kelapa dengan variasi penelitian yang dilakukan adalahberat karbon aktif dan waktu kontak. Pemilihan karbon aktif sebagai adsorben karena karbon aktif tempurung kelapa memiliki permukaan yang luas, berat yang ringan, dan pori-pori yang banyak sehingga mendukung proses melekatnya zat pencemar yang terdapat pada limbah cair. Selain itu, pengolahan memakai karbon aktif tempurung kelapa mudah diterapkan karena mudah didapatkan dan harganya murah.
Data karakteristik awal air limbah pada tahap pendahuluan digunakan sebagai acuan penentuan objek penelitian konsentrasi parameter yang harus disisihkan serta digunakan sebagai konsentrasi awal pada penentuan efisiensi penyisihan. Data konsentrasi parameter air limbah yang diolah menggunakan metode presipitasi dan metode adsorpsi pada penelitian utama digunakan sebagai konsentrasi akhir pada perhitungan efisiensi penyisihan.

Sebelum dilakukan penelitian meng-gunakan metode presipitasi dan adsorpsi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran karakteristik limbah cair penyamakan kulit berdasarkan SK Gub. TK. 1 Jawa Barat No 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat. Sebelum dilakukan penelitian meng-gunakan metode presipitasi dan adsorpsi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran karakteristik limbah cair penyamakan kulit berdasarkan SK Gub. TK. 1 Jawa Barat No 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat. 

Kadar Pestisida organoklorin dalam air dan sedimen di perairan bangka Belitung

Propinsi bangka belitung merupakan salah satu propinsi penghasil timah, disamping lada.
Timah selain diambil dari darat juga dari laut.
Aktifitas ini dilakukan oleh pemerintah,swasta,dan penduduk.penambangan ini mengakibatkan kerusakan lingkungan. Lingkungan darat bekas galian yang ditinggal begitu saja menyebabkan lubang dan disaat musin penghujan menyebabkan danau.Dan di daerah laut akan merusak biota bentos sehingga ekosistem terganggu.
Pestisida mempunyai dampak positif dan negatif dalam kehidupan sehari-hari. Pestisida organoklorin tergolong zat yang memiliki zat yang pesisten terhadap lingkungan.Artinya zat tersebut akan berada dalam lingkungan tersebut dalam kurun waktu yang lama setelah digunakan.
Penelitian kadar pestisida organoklorin belum pernah dilakukan di daerah bangka belitung, baik dari muara sungani sampai ke laut.
Sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak pencemaran pestisida organoklorin pada perairan di daerah bangka belitung.
Pengambilan contoh air dikumpulkan dari 9 stasiun dan contoh lumpur dikumpulkan dari 12 stasiun.
Metoda pengujian
Sampel air sesegera mungkin disaring dengan filter GFC ( Glass Fiber type C ) dengan sistem tertutup dengan gas nitrogen kemudian di ekstraksi dengan Nn-Hexan p.a menggunakan alat ekstraksi “ISSABELLE” secara kontinyu selanjutnya diuapkan menjadi 1 ml dengan alat Kuderna Danish lalu clean up dengan alumina WB 5 Basic kemudian dipisahkan antara fraksi polar dan non polardengan silika merck 7754.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 18 jenis pestisida, maka total kadar pestisida pada daerah tersebut lebih rendah jika dibandingkan kadar pestisida di daerah muara sungai Kuala Tungkal, Jambi(Munawir.K 1997)

Pestisida Organoklorin di daerah bangka belitung belum melewati baku mutu untuk kehidupan biota laut. Sedangkan untuk sedimen masih relatif rendah dibandingkan di beberapa perairan Indonesia. Jenis pestisida yang terdeteksi paling dominan adalah DDT.DDE,Endrin,Endosulfan, Beta BHC,Alfa BHC, Endrin Aldehid. Pestisida ini berasal dari dataran yang terbawa air hujan masuk ke perairan Bangka belitung. 

Sabtu, 06 Juli 2013

Pengelolaan Limbah Medis

Latar Belakang
Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang, dioperasikan dan dipelihara dengan sangat memperhatikan aspek kebersihan bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair, air bersih, dan serangga/binatang pengganggu.
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
menurut Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati.
Berikut penggolongan limbah rumah sakit dan pengelolaannya :
Limbah padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah medis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :
Golongan A :
Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan  hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing.
Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya.
Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam golongan A.
Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan pemisahan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.
a.      Pemisahan
Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah medis yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :
1) Sampah dari haemodialisis
Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator
 Bisa juga digunakan autoclaving,tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif.
(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah infeksius).
Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.
Kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai.
2) Limbah dari unit lain :
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak limbah medis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator.
Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.
Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimasukkan denganincinerator
b.      Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
1)       Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2)      Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
3)      Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci.
4)     Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
5)      Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)
Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan.
c.       Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong.
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga :
1)      Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus
2)      Tidak akan menjadi sarang serangga
3)      Mudah dibersihkan dan dikeringkan
4)      Sampan tidak menempel pada alat angkut
5)      Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali
Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat lain :
1)      Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut. Dan harus dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi sampah lain yang dibawa.
2)      Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi kebocoran atau tumpah.
Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :
1)      Pump Swap (pompa air kotor).
2)      Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
3)      Bak Klorinasi
4)      Control room (ruang kontrol)
5)      Inlet
6)      Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
7)      Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.
b. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)
c. Anaerobic Filter Treatment System
¢  KESIMPULAN
Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis sampah dan limbah rumah sakit adalah yang terkomplit, tempat yang paling banyak di kunjungi oleh masyarakat ketika sakit ini mengeluarkan berbagai jenis sampah dan limbah.Berbagai cara dilakukan RS untuk mengolah limbahnya. Tahap penanganan limbah adalah pewadahan, pengumpulan, pemindahan pada transfer depo, pengangkutan, pemilahan, pemotongan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Pembuangan akhir ini bisa berupa sanitary fill, secured landfill, dan open dumping. Rumah sakit sebagai bagian lingkungan yang menyatu dengan masyarakat harus menerapkan prinsip ini demi menjamin keamanan limbah medis yang dihasilkan dan tak melahirkan masalah baru bagi kesehatan di Indonesia.
SARAN

Semestinya lingkungan rumah sakit menjadi tempat yang mendukung bagi pemulihan kesehatan pasien sebagai “Environtment of Care” dalam kerangka “Patient Safety” yang dicanangkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO. Oleh karena itu rumah sakit harus bersih dan bebas dari sumber penyakit. Kebersihan yang dimaksud adalah keadaan atau kondisi yang bebas dari bahaya dan resiko minimal bagi terjadinya infeksi silang.

Studi Kasus Konversi Tanah



  Tanah termasuk sumberdaya alam yang terbatas dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu dalam pemanfaatannya harus dikelola dan digunakan secara bijak. Artinya dalam pemanfaatan tanah (lahan) harus ada pemeliharaan dan pencegahan terhadap faktor-faktor penyebab kerusakan tanah dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip konservasi.
  Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya serta tidak diikuti dengan usaha-usaha konservasi tanah dan air, akan menyebabkan tanah menjadi kritis, sehingga akan menurunkan kualitas sumberdaya alam yang ada.
  Tanah dibagian bawah lereng mengalami erosi yang sangat berat dibandingkan di atas lereng karena semakin ke bawah, air yang terkumpul semakin banyak dan kecepatan aliran juga meningkat, sehingga daya erosinya besar. Beberapa pakar mendapatkan bahwa erosi meningkat 1,5 kali bila panjang lereng menjadi dua kali lebih panjang. Pada dasarnya erosi merupakan proses perataan kulit bumi. Jadi selama kulit bumi tidak rata, erosi akan tetap terjadi dan tidak mungkin untuk menghentikannya. Oleh karena itu usaha konservasi tanah tidak berusaha untuk menghentikan erosi, tetapi hanya mengendalikan erosi ke suatu nilai tertentu yang tidak merugikan.

Konservasi tanah di bagi 2 metode yaitu;
          Metode Vegetatif.
Penanaman dalam strip (strip cropping)
Pemanfaatan sisa-sisa tanaman dan tumbuhan
Sistem pertanian hutan

          Metode Mekanik
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah menurut kontur

Permasalahan di kawasan pegunungan :
  seperti dengan adanya proses erosi, dan faktor manusia dan vegetasi yang kurang mendukung konservasi tanah. Oleh karena itu perhatian pada tindakan konservasi tanah sangat diperlukan. Agar tindakan konservasi tanah dapat efisien dan efektif baik dari segi waktu maupun biaya, maka diperlukan perencanaan yang matang.
  Erosi tanah merupakan penyebab kemerosotan tingkat produktivitas lahan bagian hulu, yang akan berakibat terhadap luas dan kualitas lahan kritis semakin meluas. erubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah.
  Konversi lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah satu ancaman terhadap keberlanjutan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani dalam berusaha tani dan tingkat keuntungan berusahatani relatif rendah.
STRATEGI MANAGEMEN KAWASAN PEGUNUNGAN/PERBUKITAN DAN TINGKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
  Untuk mencapai keberlanjutan produktifitas lahan perlu tindakan konservasi tanah dan air, serta mencegah hanyutnya seresah dan hunus tanah. Tujuan ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi konservasi secara vegetativ dan mekanik. Konservasi tanah pada lahan pertanian tidak hanya terbatas pada usaha untuk mengendalikan erosi atau aliran permukaan, tetapi termasuk usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah.
  Untuk mencapai hasil maksimum dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan, sebaiknya tindakan konservasi tanah vegetatif dikombinasikan  dengan teknik konservasi tanah mekanik.
  Adapun Strategi dan pengambilan keputusan untuk mengatasi permasalahan yang terdapat di daerah studi kasus dapat dilakukan konservasi vegetativ sebagai berikut :
1.       Keuntungan budi daya lorong baru dapat dirasakan dalam jangka panjang. Kenyataan ini sering membuat petani kurang tertarik untuk menerapkan sistem ini pada lahan pertaniannya. Petani cenderung untuk mendapat keuntungan berjangka pendek dan kemudahan pengerjaannya di lapangan.
2.       Berbeda dengan bidang pertanian maupun kehutanan murni, kontribusi agroforestry dalam bidang sosial ekonomi bisa lebih bervariasi karena komponen usahanya lebih beragam. Tambahan lagi selain membuka kemungkinan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dan peningkatan taraf hidup mampu juga menimbulkan multiplier effect dan agroforestry juga memperbaiki serta meningkatkan kondisi lingkungan
3.       Rekayasa vegetatif dan rekayasa tehnik dalam rangka usaha pencegahan atau mengurangi longsor lahan baik di lahan rakyat maupun di lahan hutan negara antara lain dengan: Menghindari atau mengurangi penebangan pohon yang tidak terkendali dan tidak terencana (over cutting, penebangan cuci mangkuk, dan penjarahan).Penanaman vegetasi tanaman keras yang ringan dengan perakaran intensif dan dalam bagi kawasan yang curam dan menumpang di atas lapisan impermeabel.
Kesimpulan;
  Konservasi tanah dan air harus dilaksanakan secara terpadu dengan koordinator yang jelas demi menjamin kelestarian sumber daya alam, terutama dalam upaya konservasi tanah dan air bagi kesejahteraan rakyat. Kelembagaan yang menangani konservasi tanah dan air tidak lagi relevan dibentuk secara adhoc saja, akan tetapi harus dilekatkan pada fungsi, tugas dan wewenang pada para pelaksanannya di lapangan yang terkait secara struktural dengan instansi yang kompeten
Untuk mencapai hasil maksimum dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan, sebaiknya tindakan konservasi tanah vegetatif dikombinasikan  dengan teknik konservasi tanah mekanik. Adapun strategi dan pengambilan keputusan yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penerapan Sistem Budidaya Lorong, Teknik Pengelolaan Lahan yang Produktif dan Konservatif Melalui Agroforestry, Pengaturan Pola tanam, Penanaman tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, dan penggunaan pupuk hijau.

Jakarta Jadi Kolam Raksasa

KASUS

Jakarta merupakan ibukota dari negara Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Sebagai kota metropolitan yang notabene modern, justru jakarta tidak pernah lepas dari bencana banjir. Awal tahun 2013 merupakan salah satu contoh bencana banjir yang melanda kota jakarta yang menyebabkan Jakarta dinyatakan dalam keadaan darurat.
Banjir ini sebenarnya sudah dimulai sejak Desember 2012, dan baru mencapai puncaknya pada Januari 2013.  Curah hujan yang tinggi sejak Desember 2012. Gelombang atmosfer, angin muson, dan osilasi diurnal menyebabkan tingginya curah hujan ini. Massa udara dari laut China selatan dan India bergerak ke selatan menuju pusat tekanan rendah di Australia. Massa udara ini kemudian mengalami pembelokan di sekitar Jakarta, akibat tekanan rendah di Samudera Indonesia, di sebelah barat daya Jakarta. Sistem drainase yang buruk, masalah sampah, dan jebolnya berbagai tanggul di wilayah Jakarta, serta meningkatnya volume 13 sungai yang melintasi Jakarta juga merupakan penyebab lain banjir Jakarta .
Pembuangan sampah sembarangan yang akan menyumbat sistem drainase harus dikurangi bahkan dihentikan demi kebaikan bersama. Relokasi dari penduduk yang tinggal di sepanjang sungai utama kota jakarta juga harus dilakukan. Adanya pemukiman di sepanjang aliran sungai dapat menyebabkan erosi yang berdampak pada menurunnya kedalaman sungai sehingga pada saat musim hujan sungai akan meluap dan banjir. Selain itu dapat dipastikan penduduk yang tinggal di sepanjang kawasan sungai pasti akan membuan sampahnya di sungai. Drainase pun menjadi rusak. Tanggal 20 Desember 2012, banjir terjadi dengan jebolnya tanggul di Kali Cipinang. Akibatnya 979 warga terpaksa mengungsi ke GOR Makassar serta Jalan Pusdiklat Depnaker dan Jalan Masjid Suprapto tergenang, menutupi akses warga Pinang Ranti menuju Halim. Diketahui buruknya konstruksi tanggul yang tidak menggunakan rangka menyebabkan rusaknya tanggul ini.  Tanggul Kali Laya, Pekayon, Jakarta Timur, menyusul pada tanggal 24 Desember 2012, sehingga air merendam pemukiman sekitarnya. Dinding sungai yang mengalami kerusakan memiliki tinggi dua meter. Pada Tanggal 15 Januari 2013, menyusul tanggul di Kedoya Selatan, Kebun Jeruk, jebol dan menyebabkan banjir setinggi dua meter. Tanggul ini juga tercatat memiliki konstruksi buruk karena hanya dibuat dari karung pasir, sehingga tidak kuat menahan air Kali Pesanggrahan. Warga diungsikan ke bagian timur rel Pesing, namun kebanyakan bertahan di rumah masing-masing. Pada tanggal 17 Januari 2013, tanggul Kanal Banjir Barat, di daerah Latuharhari juga jebol dan menyebabkan terendamnya kawasan perumahan mewah di Menteng dan berbagai kawasan bisnis di pusat kota. Perbaikan segera dilakukan namun terhambat arus lalu lintas. Hampir semua daerah di Jakarta terendam air. Kampung Melayu, Kampung Pulo, Pluit, Cengkareng, jalan Daan Mogot hingga ikon Jakarta, Bundaran HI, tidak luput dari luapan air tersebut. Warga berbondong-bondong mengungsi ke tempat yang telah disediakan meski dengan fasilitas yang bisa dikatakan kurang dari cukup.



Solusi

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi selama banjir, antara lain dengan memperbaiki tanggul, pendirian posko bantuan di titik-titik yang terkena banjir, relokasi pengungsi ke rumah susun, hingga pengumuman status darurat banjir. Menyusul jebolnya tanggul latuharhari, daerah Pluit ikut terendam.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemudian menawarkan relokasi kepada penghuni rumah liar di sekitar Waduk Pluit untuk pindah ke rumah susun yang diberikan fasilitas sangat lengkap, dengan alasan mengurangi dampak banjir di masa depan dan memungkinkan peralatan berat bekerja untuk mengeruk waduk.  Upaya lain yang dilakukan adalah modifikasi cuaca, dengan cara mencegah pembentukan awan dan menurunkan hujan di luar wilayah rawan banjir.

Banjir memang tidak bisa kita atasi, tetapi bisa kita cegah. Mulailah dari diri kita sendiri. Mulai dari yag kecil tetapi berdampak besar bagi lingkungan. 

Menggagas Konservasi Lingkungan Hidup


Permasalahan lingkungan yang wajib ditangani secara serius untuk segera dilakukan konservasi adalah masalah air dan udara. Air dan udara adalah kebutuhan hidup yang sangat vital.

Dunia saat ini sudah mengalami krisis air bersih. Diberbagai belahan dunia mulai kekurangan pasokan air bersih yang layak konsumsi. Masyarakat dunia sekarang ini dalam menghadapi masalah air yang sangat kompleks dan rumit, dihadapkan pada persoalan pencemaran dan privatisasi. Begitu pula masalah udara. Tingkat pencemaran udara sudah begitu tinggi terutama di kota-kota besar, yang diakibatkan oleh banyaknya penggunaan kendaraan bermotor dan industri. Kadar CO yang terdapat dalam udara apabila ikut terhirup pada saat kita bernafas maka akan menjadikan kita terserang penyakit. Open space  yang ada semakin sempit seiring dengan pengerasan (pengaspalan dan pembetonan) jalan agar jalan menjadi halus dan tidak becek sehingga tercipta kenyamanan dalam berkendaraan. Akan tetapi, dengan semakin sempitnya open space akan berakibat pada tingkat kesulitan masuknya air kedalam tanah sehingga berdampak terjadinya banjir ketika musim hujan tiba. Sebenarnya, ada beberapa pilihan kebijakan yang dapat diterapkan oleh Pemerintah, diantaranya adalah pembatasan pengerasan jalan, pembatasan penggunaan kendaraan bermotor, serta pembuatan hutan kota sebagai paru-paru kota dan daerah resapan air. Pembuatan hutan kota disamping bertujuan untuk konservasi udara juga untuk konservasi air serta dapat digunakan untuk pariwisata. Namun harapan hanya akan tinggal harapan apabila tidak pernah ada niatan (political will) dari Pemerintah serta dukungan dan partisipasi penuh elemen dan individu masyarakat. Maka dari itu, marilah kita ber-empati terhadap konservasi lingkungan terutama udara dan air. Karena semua itu adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia.

PENGELOLAAN BANJIR DI JAKARTA


                Jakarta sebagai kota megapolitan menyimpan berbagai macam permasalahan akibat terus meningkatnya jumlah penduduk, apalagi Jakarta masih menjadi ‘magnet’ bagi orang dari daerah untukberurbanisasi mencari penghidupan yang layak di kota besar.
                Banjir adalah masalah berat yang sangat pelik bagi sebagian besar wilayah di Indonesia. Setiap musim hujan tiba, kota-kota dan daerah di Indonesia.
                Bencana banjir Salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan adalah terjadinya banjir dan genangan air pada musim hujan. Permasalahan banjir kota sampai saat ini belum bisa diselesaikan secara menyeluruh, bahkan cenderung semakin kompleks permasalahannya. Perubahan fungsi lahan, yang semula merupakan lahan terbuka berubah menjadi pemukiman, bisa memperbesar kemungkinan terjadinya banjir. Pengendalian banjir kota selama ini dilaksanakan dengan pembuatan dan pemeliharaan saluran drainase. Paradigma lama yang mengkaitkan banjir dengan drainase ternyata tidak bisa menyelesaikan masalah secara menyeluruh. Untuk menyelesaikan masalah banjir harus diketahui terlebih dahulu penyebab terjadinya banjir tersebut.
Faktor alam tentunya sangat menentukan terjadinya banjir Dari fenomena fisik (alam) yang ada, terjadinya pasang purnama (pasang tinggi), curah hujan ekstrim, dan malfungsi dari tata ruang dan eksploitasi berlebih dari alam merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya volume air hujan yang mengalir ke permukaan secara luar biasa.
Ada beberapa cara mengatasi banjir, salah satunya ialah:
Ø  Pembanguan sungai alur banjir
Ø  Pembuatan bendungan air laut,
Ø  membangun rumah panggung,
Ø  budaya menjaga kebersihan.

Sekurang-kurangnya dalam 21 tahun terakhir (1993 – 2013) ada 5 kejadian banjir besar di Jakarta.
v  Tanggal 9 dan 10 Januari 1993, banjir Kali Angke, menyebabkan jalan Tol Cengkareng dan kawasan permukiman Jakarta Utara / Barat (Pantai Indah Kapuk).
v  Bulan Pebruari 1996 Kali Ciliwung banjir, mengenangi Kampung Melayu, Bidara Cina, Cawang, Kebun Waru dan Bukit Duri.
v  Tanggal 26 januari hingga 1 Pebruai 2002 sungai Ciliwung dan lainnya meluap, menggenangi wilayah Jakarta dan sekitarnya.
v  Tanggal 4 – 14 Pebruari 2007 terjadi banjir yang lebih besar akibat hujan besar berturut-turut selama 3 hari hampir 70 % kawasan Jakarta tengelam.
v  Pada pertengahan bulan januari 2013 lalu terjadi banjir bandang hampir seluruh kota Jakarta tergenang Banjir.

Cara Penanggulanagan Banjir di Jakarta
                Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Karena sungai dan selokan merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.

                Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai adalah para pendatang yang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat. Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian, akan tetapi malah sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus tegas, melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama atau untuk menetap. 

PENGELOLAAN BANJIR DI JAKARTA


                Jakarta sebagai kota megapolitan menyimpan berbagai macam permasalahan akibat terus meningkatnya jumlah penduduk, apalagi Jakarta masih menjadi ‘magnet’ bagi orang dari daerah untukberurbanisasi mencari penghidupan yang layak di kota besar.
                Banjir adalah masalah berat yang sangat pelik bagi sebagian besar wilayah di Indonesia. Setiap musim hujan tiba, kota-kota dan daerah di Indonesia.
                Bencana banjir Salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan adalah terjadinya banjir dan genangan air pada musim hujan. Permasalahan banjir kota sampai saat ini belum bisa diselesaikan secara menyeluruh, bahkan cenderung semakin kompleks permasalahannya. Perubahan fungsi lahan, yang semula merupakan lahan terbuka berubah menjadi pemukiman, bisa memperbesar kemungkinan terjadinya banjir. Pengendalian banjir kota selama ini dilaksanakan dengan pembuatan dan pemeliharaan saluran drainase. Paradigma lama yang mengkaitkan banjir dengan drainase ternyata tidak bisa menyelesaikan masalah secara menyeluruh. Untuk menyelesaikan masalah banjir harus diketahui terlebih dahulu penyebab terjadinya banjir tersebut.
Faktor alam tentunya sangat menentukan terjadinya banjir Dari fenomena fisik (alam) yang ada, terjadinya pasang purnama (pasang tinggi), curah hujan ekstrim, dan malfungsi dari tata ruang dan eksploitasi berlebih dari alam merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya volume air hujan yang mengalir ke permukaan secara luar biasa.
Ada beberapa cara mengatasi banjir, salah satunya ialah:
Ø  Pembanguan sungai alur banjir
Ø  Pembuatan bendungan air laut,
Ø  membangun rumah panggung,
Ø  budaya menjaga kebersihan.

Sekurang-kurangnya dalam 21 tahun terakhir (1993 – 2013) ada 5 kejadian banjir besar di Jakarta.
v  Tanggal 9 dan 10 Januari 1993, banjir Kali Angke, menyebabkan jalan Tol Cengkareng dan kawasan permukiman Jakarta Utara / Barat (Pantai Indah Kapuk).
v  Bulan Pebruari 1996 Kali Ciliwung banjir, mengenangi Kampung Melayu, Bidara Cina, Cawang, Kebun Waru dan Bukit Duri.
v  Tanggal 26 januari hingga 1 Pebruai 2002 sungai Ciliwung dan lainnya meluap, menggenangi wilayah Jakarta dan sekitarnya.
v  Tanggal 4 – 14 Pebruari 2007 terjadi banjir yang lebih besar akibat hujan besar berturut-turut selama 3 hari hampir 70 % kawasan Jakarta tengelam.
v  Pada pertengahan bulan januari 2013 lalu terjadi banjir bandang hampir seluruh kota Jakarta tergenang Banjir.

Cara Penanggulanagan Banjir di Jakarta
                Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Karena sungai dan selokan merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.

                Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai adalah para pendatang yang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat. Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian, akan tetapi malah sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus tegas, melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama atau untuk menetap. 

BENCANA, KESALEHAN KULTURAL DAN KONSERVASI LINGKUNGAN


          Banjir
          longsor
          Gempa
          Firus flu burung

Alam rusak :

          Penebangan hutan sec. liar
          Penambangan yang merusak
           penghancuran situs budaya
          Buang sampah di sungai

Budaya hedonisme
          > Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia .
Budaya kapitalisme
          > kepercayaan terhadap segala aktiviti perniagaan yang melibatkan pencarian keuntungan secara maksima tanpa atau sedikit campurtangan dari kerajaan dan masyarakat.
Kekayaan Kultural Ramah Lingkungan
          Penataan desa adat masyarakat Bali yang bertumpu pada pembagian tiga lokasi (tri mandala) misalnya, merupakan pemanfaatan alokasi ruang hidup yang bersumber pada keharmonisan hidup. Satu sistem norma dan praktis penempatan kawasan disakralkan serta unit pendukungnya
          Penataan keraton Yogyakarta juga merupakan salah satu upaya pemanfaatan ruang yang bertumpu pada konsep kosmologis, sebagai cerminan kedudukan diri manusia (mikrokosmos) dalam konstalasi mikrokosmos.selain kaya filosofis sebagai simbol perjalanan hidup manusia dari kelahiran, anak-anak, dewasa, menikah hingga akhirnya meninggal dunia, sejatinya juga bernilai konservasi lingkungan

Konservasi lingkungan dalam aspek hayati diwujudkan keraton dengan menanam pepohonan
          berfungsi sebagai jalur hijau (green belt)
misalnya; pohon asem (tamarindus indica) dan pohon tanjung (mimisops alegi) ) ditanam sepanjang jalan dari kampung Mijen menuju gerbang keraton bagian selatan. Jenis pohon ini menggambarkan proses kelahiran sampai pada fase anak-anak.

EMPAT PROGRAM PENGELOLAAN BANJIR








EMPAT PROGRAM PENGELOLAAN BANJIR

Banjir merupakan bencana yang dialami oleh hampir semua wilayah di indonesia. Bencana ini tidak bisa dihindari karena memang sudah menjadi konsekuensi yang harus kita terima akibat dari sudah mulai rusakya lingkungan di sekitar kita.
Berikut ada beberapa program yang bisa dilakukan untuk pengelolaan banjir.
1.       menarik genangan air hujan ke sistem tata air
DI KOTA JAKARTA SEKARANG INI MASIH MENGGUNAKAN POLA Van Breen (PENGGAGAS KANAL BANJIR).DENGAN MENATA 13 SUNGAI DAN MEMBANGUN BANJIR KANAL BARAT DAN TIMUR.PADA PROGRAM INI MENCAKUP PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI, PEMELIHARAAN SITU REGULATOR DAN WADUK RETENSI SEBAGAI TERMINAL BANJIIR DALAM RANGKA STORM WATER MANAGEMENT

2.       MEMINDAHKAN IBU KOTA
Merosotnya daya serap air hujan Jakarta adalah pertanda beban pembangunan bangunan dan infrastruktur melampaui daya dukung lingkungan kota. Untuk tidak memperparah kondisi Jakarta, "gula-gula" pembangunan harus disebar ke luar kota. Salah satu contohnya seperti memindahkan Bandara Soekarno-Hatta ke Cengkareng atau juga memindah Kampus UI ke Depok.Beban kota hanya bisa dikurangi dengan menyederhanakan fungsi kota

3.       JASA PENDUDUK
Jika penduduk hilir ingin menghindari "banjir kiriman", selayaknya mereka dan pemda membayar "jasa memelihara ekosistem meredam banjir kiriman" kepada penduduk dan pemda di hulu. Jasa memelihara hulu sungai tidak gratis, perlu diberi nilai ekonomi melalui pajak, subsidi, retribusi, dan pungutan resmi sebagai koreksi pasar.

4.       mengefektifkan pelaksanaan program. UU Penataan Ruang Nomor 10 Tahun 1992
pelaksanaan program. UU Penataan Ruang Nomor 10 Tahun 1992 memberikan wewenang kepada pemerintah pusat memimpin perencanaan tata ruang yang mencakup lebih dari satu provinsi Guna menjamin keberlanjutan program pengelolaan banjir yang bersifat lintas sektor dan berjangka panjang multitahun, maka anggaran program seperti ini perlu diberi "kode bintang khusus" dalam APBN. Dan ditetapkan "penanggung jawab utama"