KASUS
Jakarta merupakan ibukota dari negara Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Sebagai kota metropolitan yang notabene modern, justru jakarta tidak pernah lepas dari bencana banjir. Awal tahun 2013 merupakan salah satu contoh bencana banjir yang melanda kota jakarta yang menyebabkan Jakarta dinyatakan dalam keadaan darurat.
Banjir ini sebenarnya sudah dimulai sejak Desember 2012, dan baru mencapai puncaknya pada Januari 2013. Curah hujan yang tinggi sejak Desember 2012. Gelombang atmosfer, angin muson, dan osilasi diurnal menyebabkan tingginya curah hujan ini. Massa udara dari laut China selatan dan India bergerak ke selatan menuju pusat tekanan rendah di Australia. Massa udara ini kemudian mengalami pembelokan di sekitar Jakarta, akibat tekanan rendah di Samudera Indonesia, di sebelah barat daya Jakarta. Sistem drainase yang buruk, masalah sampah, dan jebolnya berbagai tanggul di wilayah Jakarta, serta meningkatnya volume 13 sungai yang melintasi Jakarta juga merupakan penyebab lain banjir Jakarta .
Pembuangan sampah sembarangan yang akan menyumbat sistem drainase harus
dikurangi bahkan dihentikan demi kebaikan bersama. Relokasi dari penduduk yang
tinggal di sepanjang sungai utama kota jakarta juga harus dilakukan. Adanya
pemukiman di sepanjang aliran sungai dapat menyebabkan erosi yang berdampak
pada menurunnya kedalaman sungai sehingga pada saat musim hujan sungai akan
meluap dan banjir. Selain itu dapat dipastikan penduduk yang tinggal di
sepanjang kawasan sungai pasti akan membuan sampahnya di sungai. Drainase pun
menjadi rusak. Tanggal 20 Desember 2012, banjir terjadi dengan
jebolnya tanggul di Kali Cipinang. Akibatnya 979 warga terpaksa mengungsi ke
GOR Makassar serta Jalan Pusdiklat Depnaker dan Jalan Masjid Suprapto
tergenang, menutupi akses warga Pinang Ranti menuju Halim. Diketahui buruknya
konstruksi tanggul yang tidak menggunakan rangka menyebabkan rusaknya tanggul
ini. Tanggul Kali Laya, Pekayon,
Jakarta Timur, menyusul pada tanggal 24 Desember 2012, sehingga air merendam
pemukiman sekitarnya. Dinding sungai yang mengalami kerusakan memiliki tinggi
dua meter. Pada Tanggal 15 Januari 2013, menyusul tanggul di Kedoya
Selatan, Kebun Jeruk, jebol dan menyebabkan banjir setinggi dua meter. Tanggul
ini juga tercatat memiliki konstruksi buruk karena hanya dibuat dari karung
pasir, sehingga tidak kuat menahan air Kali Pesanggrahan. Warga diungsikan ke
bagian timur rel Pesing, namun kebanyakan bertahan di rumah masing-masing. Pada
tanggal 17 Januari 2013, tanggul Kanal Banjir Barat, di daerah Latuharhari juga
jebol dan menyebabkan terendamnya kawasan perumahan mewah di Menteng dan
berbagai kawasan bisnis di pusat kota. Perbaikan segera dilakukan namun
terhambat arus lalu lintas. Hampir semua daerah di Jakarta terendam air.
Kampung Melayu, Kampung Pulo, Pluit, Cengkareng, jalan Daan Mogot hingga ikon
Jakarta, Bundaran HI, tidak luput dari luapan air tersebut. Warga
berbondong-bondong mengungsi ke tempat yang telah disediakan meski dengan
fasilitas yang bisa dikatakan kurang dari cukup.
Solusi
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi selama banjir, antara lain dengan memperbaiki tanggul, pendirian posko bantuan di titik-titik yang terkena banjir, relokasi pengungsi ke rumah susun, hingga pengumuman status darurat banjir. Menyusul jebolnya tanggul latuharhari, daerah Pluit ikut terendam.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemudian menawarkan relokasi kepada penghuni rumah liar di sekitar Waduk Pluit untuk pindah ke rumah susun yang diberikan fasilitas sangat lengkap, dengan alasan mengurangi dampak banjir di masa depan dan memungkinkan peralatan berat bekerja untuk mengeruk waduk. Upaya lain yang dilakukan adalah modifikasi cuaca, dengan cara mencegah pembentukan awan dan menurunkan hujan di luar wilayah rawan banjir.
Banjir memang tidak bisa kita atasi, tetapi bisa kita
cegah. Mulailah dari diri kita sendiri. Mulai dari yag kecil tetapi berdampak
besar bagi lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar