04. FAKTOR PENGHAMBAT
Setelah membahas tentang respons perusahaan kita akan memasuki bagian yang lebih bersifat manajemen, yaitu faktor penghambat dan faktor penentu keberhasilan program Cleaner Production. Kita akan mulai dengan faktor penghambat.
Faktor penghambat dapat berasal dari luar maupun dari dalam perusahaan. Faktor penghambat eksternal umumnya timbul akibat rendahnya penegakan regulasi lingkungan, terlalu ketatnya regulasi lingkungan, rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, dan rendahnya insentif lingkungan.
Sedangkan faktor penghambat internal meliputi sikap sulit menerima perubahan, faktor teknis, faktor finansial, dan faktor kultur perusahaan.
Sulit Menerima Perubahan. Faktor ini paling sering muncul untuk menjadi penghambat dalam perapan Produksi Bersih, jauh di atas faktor finansial dan teknologi. Berdasarkan suatu studi, ada beberapa sikap dan pernyataan yang sering menjadi penghambat, yaitu:
Setelah membahas tentang respons perusahaan kita akan memasuki bagian yang lebih bersifat manajemen, yaitu faktor penghambat dan faktor penentu keberhasilan program Cleaner Production. Kita akan mulai dengan faktor penghambat.
Faktor penghambat dapat berasal dari luar maupun dari dalam perusahaan. Faktor penghambat eksternal umumnya timbul akibat rendahnya penegakan regulasi lingkungan, terlalu ketatnya regulasi lingkungan, rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, dan rendahnya insentif lingkungan.
Sedangkan faktor penghambat internal meliputi sikap sulit menerima perubahan, faktor teknis, faktor finansial, dan faktor kultur perusahaan.
Sulit Menerima Perubahan. Faktor ini paling sering muncul untuk menjadi penghambat dalam perapan Produksi Bersih, jauh di atas faktor finansial dan teknologi. Berdasarkan suatu studi, ada beberapa sikap dan pernyataan yang sering menjadi penghambat, yaitu:
- Saya
selau melakukannya dengan cara ini. …… Saya telah menggunakan pelarut ini
selama lebih dari 30 tahun.
- Bila
sistem tidak rusak, tidak perlu diperbaiki.
- Misi
kami sangat penting, issue lingkungan harus ditempatkan di belakang.
- Kami
telah melakukan semua yang bisa dilakukan.
- Itu
akan membuat pekerjaan saya menjadi lebih sulit.
- Kita
harus mengorbankan kinerja kualitas.
Hambatan faktor teknis merupakan hambatan yang relatif paling ringan dibandingkan dengan kedua hambatan diatas. Umumnya hambatan ini karena kurangnya informasi teknis tentang produksi bersih. Sekali manajemen dankaryawan telah memiliki informasi tentang teknik Produksi Bersih, maka program akan sangat mudah dijalankan di perusahaan. Kajian literatur, aliansi dengan pihak yang pernah melakukan program Produksi Bersih, pelatihan karyawan, dan penggunaan konsultan akan mampu menghilangkan hambatan teknis ini.
4.2 FAKTOR FINANSIAL
Kesulitan finansial pada dasarnya bukan merupakan faktor penghalang yang cukup kuat. Permasalahan finansial berkaitan dengan Produksi Bersih umumnya hanya dijumpai pada perusahaan berskala kecil. Pada perusahaan skala menengah sampai besar, permasalahan ini nyaris tidak ada. Permasalahnya lebih terletak pada bagaimana meyakinkan investor atau pengambil keputusan untuk berinvestasi pada program Produksi Bersih.
Produksi Bersih bukan merupakan cost center. Produksi Bersih adalah bagian dari investasi bisnis yang mampu memberikan keuntungan dan penghematan. Sama seperti investasi lain, Produksi Bersih juga memiliki berbagai ukuran pencapaian program yang dapat dinyatakan dalam ukuran-ukuran ekonomi biasa, seperti break event point (BEP), internal rate of return (IRR), return on investment (ROI), maupun berbagai manfaat yang kurang nyata (less tangible). Proposal yang baik akan menguraikan seluruh ukuran-ukuran kinerja ini dan itu akan mempermudah investor dan pengambil keputusan untuk membiayai program. Proposal yang baik akan menghilangkan faktor finansial sebagai hambatan. Namun bila hal sebaliknya terjadi, maka faktor finansial akan menjadi hambatan yang cukup besar. Dengan kata lain perbaikilah proposal anda.
4.3 KULTUR PERUSAHAAN
Kadangkala walaupun semua hambatan di atas dapat dilalui, masih saja program tidak berjalan dengan baik. Permasalahannya, pergeseran paradigma dari end-of-pipe ke up-the-pipe memerlukan perubahan. Banyak terjadi bahwa kultur perusahaan tidak siap menerima perubahan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar