Sukabumi, Kompas - Pendidikan
pengelolaan lingkungan hidup perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini.
Anak-anak lebih mudah menginternalisasikan nilai-nilai dan kebiasaan
melestarikan lingkungan hidup dibandingkan orang dewasa. Dengan demikian,
diharapkan perusakan lingkungan di masa depan dapat dicegah melalui kepedulian
lingkungan generasi mendatang.
Hal itu diungkapkan
Menteri Negara Lingkungan Hidup (Menneg LH) Nabiel Makarim saat ditemui seusai
menghadiri acara "Silaturahmi Menneg LH bersama Siswa Sekolah Dasar dalam
Pendidikan Pengelolaan Lingkungan Hidup" di Samudra Beach Hotel,
Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Kamis (17/4).
Acara yang
berlangsung sekitar empat jam itu berisi tanyajawab antara Menneg LH dengan
sekitar 200 siswa dari lima SD di Kabupaten Sukabumi. Para siswa mengajukan
berbagai pertanyaan seputar lingkungan hidup, di antaranya mengapa pohon kelapa
banyak ditanam di kawasan pesisir.
Menurut Nabiel, saat
ini sosialisasi pendidikan lingkungan hidup masih kurang. Akibatnya, perusakan
lingkungan terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Dalam kasus illegal loging,
misalnya, para pelaku tahu kalau hal itu merusak lingkungan, tetapi mereka
tetap melanjutkan kegiatan tersebut karena risikonya kecil. "Para pelaku
illegal loging itu tidak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup secara baik
saat masih kecil," tandasnya.
Nabiel mengungkapkan,
pendidikan lingkungan hidup sangat penting ditanamkan sejak anak-anak usia
dini. Karena, nilai yang diperoleh manusia pada waktu kecil tidak mudah luntur.
"Pendidikan selepas masa kanak-kanak makin tidak menempel. Akibatnya,
orang tetap saja merusak lingkungan meskipun tahu hal itu salah, kecuali kalau
ia sudah dilarang mencuri sejak kecil. Jadi, makin dewasa, nilai yang menempel
sangat artifisial sehingga mudah dilanggar," ujar Nabiel.
Aspek
hukum
Kendati demikian, ia
berpandangan pendidikan lingkungan hidup juga sangat penting disosialisasikan
pada orang dewasa karena saat ini para pengambil keputusan adalah orang dewasa.
"Tentunya, aspek penegakan hukumnya lebih ditekankan dibandingkan
pendidikan lingkungan," katanya.
Saat ini, kata
Nabiel, pemerintah berusaha memasukkan nilai pelestarian lingkungan hidup ke
dalam pendidikan formal. Sebetulnya sejak dulu pemerintah sudah menerapkan
program pendidikan lingkungan hidup. Pada masa Menteri LH Emil Salim sudah
dibahas bagaimana lingkungan hidup diajarkan di SD. Ada dua alternatif,
pengadaan mata pelajaran lingkungan hidup atau lingkungan hidup itu ditempel di
sejumlah mata pelajaran. "Akhirnya, pemerintah memilih alternatif kedua
agar tidak terasa sebagai suatu pelajaran," kata Nabiel.
Selain itu, sejumlah
daerah telah berinisiatif menerapkan pendidikan pengelolaan lingkungan hidup
kepada anakanak sejak dini. Di Sukabumi, misalnya, pemerintah mencanangkan
program "Sekolah Hijau", yaitu program pembinaan anak usia dini yang
bertujuan membentuk karakter insan peduli lingkungan. Pada tahap pertama,
program pembinaan itu ditujukan kepada 200 siswa di lima SD di daerah
Pelabuhanratu.
"Dengan adanya
pendidikan pengelolaan lingkungan hidup, diharapkan masyarakat akan berani
menyuarakan haknya kepada pemerintah daerah," tandas Nabiel.
Dia mencontohkan,
jika ada permasalahan lingkungan hidup, masyarakat akan berani mengatakan hal
itu kepada pemerintah daerah setempat. Di masa depan, masyarakat bisa tidak
akan lagi memilih kepala daerah yang bersangkutan jika kondisi lingkungan hidup
buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar