Menurut kajian
paleoantropologis, setidaknya ada sembilan jenis makhluk serupa manusia: Australopithecus
aferensis, A. africanus, Paranthropus aethiopicus, P. robustus, P.
boisei, Homo habilis kecil, H. habilis besar, H. erektus, dan H.
sapiens. Homo habilis mahir menggunakan alat-alat batu. Homo
erektus (manusia purba) sudah mengenal api untuk penghangat dan
memasak. Manusia modern yang ada sekarang dikelompokkan sebagai Homo sapiens.
Ada
beberapa hipotesis yang berusaha menjelaskan evolusi mereka. Namun semuanya
tidak ada kepastian dari jalur mana lahirnya Homo erektus. Yang
telah disepakati hanyalah Homo sapiens berasal dari Homo
erektus. Ada yang berpendapat Homo habilis cenderung tidak
bisa digolongkan sebagai Homo ("manusia"), mungkin jenis paranthropus
berotak besar. Kemampuan berbicara Homo habilis belum
sempurna. Alat-alat batu yang dihasilkannya pun tidak menunjukkan eksperimen
kreatif.
Teori
pertama menyatakan manusia purba yang telah menyebar ke berbagai wilayah terus
berevolusi menurunkan generasi manusia modern. Tetapi menurut teori
monogenesis, dari penelusuran perbedaan genetik dan bukti arkeologi, diduga
manusia purba (homo erektus) yang sudah tersebar sampai ke China, Jawa, dan
Eropa punah. Semakin besar kesamaan genetiknya, diduga berasal dari alur
evolusi yang sejalan.Eksistensi manusia di
Planet Bumi sudah bertahan selama ratusan ribu tahun, yaitu sejak Nabi Adam AS
dan Siti Hawa diturunkan. Dari sepasang manusia tersebut kemudian terus
bertambah, dengan distribusi yang makin meluas ke seluruh penjuru daratan di
Bumi. Terjadi pengelompokan, akhirnya membentuk negara sesuai dengan kesamaan
sudut pandangnya. Maka pada akhirnya umat manusia yang jumlahnya telah
melampaui 6 milyar itu terbagi secara tidak merata dalam 200 negara. Menurut
situs Wkipedia, Manusia dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa
Latin untuk manusia),
sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan
menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali
dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama
berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan
satu sama lain serta pertolongan.
Habitat manusia dalam sistem ekologi tertutup di lingkungan yang tidak akrab dengannya (Antartika, angkasa luar) sangatlah mahal dan umumnya mereka
tak dapat tinggal lama, dan hanya untuk tujuan ilmiah, militer, atau ekspedisi
industri. Kehidupan di angkasa sangatlah sporadis, dengan maksimal tiga belas
manusia di ruang angkasa pada waktu tertentu. Ini adalah akibat langsung dari
kerentanan manusia terhadap radiasi
ionisasi. Sebelum penerbangan angkasa Yuri Gagarin tahun 1961,
semua manusia 'terkurung' di Bumi. Di antara tahun 1969 dan 1974,
telah ada dua manusia sekaligus yang menghabiskan waktu singkatnya di Bulan.
Sampai tahun 2004, tak ada benda angkasa lain
telah dikunjungi manusia. Sampai tahun 2004,
telah ada banyak keberadaan manusia di ruang angkasa berkelanjutan sejak
peluncuran kru perdana untuk meninggali Stasiun
Luar Angkasa Internasional, pada 31 Oktober 2000.
Jadi kebutuhan manusia yang paling hakiki dapat dikelompokan
sebagai kebutuhan fisiologis, fisik dan pisikologi, dan pemenuhan akan
kebutuhannya ini merupakan kewajiban dan hak azasi setiap orang. Dengan
demikian, pangan bagi penduduk harus tersedia setiap saat dimana saja mereka
membutuhkannya. Kondisi fisiologis adalah terpenuhinya pangan bagi masyarakat
yang dikenal dengan istilah ketahanan pangan (food security), disamping
kebutuhan fisiologis akan air dan udara, khususnya oksigen (O2). Dalam
undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan
didefinisikan Ketahanan Pangan (food resistance). Ketahanan pangan itu
merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan fisiologi bagi rumah tangga yang tercemin
dari tersedianya pangan, air dan udara yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata, dan terjangkau (Soerjani, dkk, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar