Revolusi Hijau adalah suatu istilah untuk menggambarkan sebuah transformasi agrikultural yang membawa peningkatan produksi secara signifikan di banyak negara berkembang sekitar tahun 1940-1960. Awalnya Revolusi hijau ini dilakukan di Mexico pada tahun 1943 dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan industri. Pemerintah Mexico melakukan pengembangan infrastruktur di daerah pedesaan dan mengadopsi varietas bibit unggul. Usaha ini membuahkan hasil, yakni pada tahun 1951 Mexico telah dapat berswasembada gandum dan bahkan mengekspornya kemudian. Keberhasilan Mexico ini mendorong The Rockefeller Foundation membawa Revolusi Hijau ini ke India, kemudian ke Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Filipina, Amerika Latin, dan Negara-negara lain di Asia dan Afrika.
Dampak Revolusi Hijau terhadap ketahanan pangan global sebenarnya sulit
dipahami karena sistem makanan sesungguhnya amat kompleks. Di satu sisi
Revolusi Hijau dianggap berjasa karena mampu meningkatkan produksi pangan dan
mencegah terjadinya bahaya kelaparan. Agrikultural dengan Revolusi Hijau telah
mampu memberi makan bermilyar orang di seluruh dunia. Tanpa Revolusi
Hijau, ada kemungkinan jumlah orang yang mengalami kelaparan dan malnutrisi
lebih besar dari yang telah dihitung oleh FAO saat ini. Saat ini rata-rata
orang mengkonsumsi 25% lebih banyak kalori dibandingkan sebelum Revolusi Hijau
(Wikipedia).
Awalnya praktek revolusi hijau ini
menunjukkan hasil yang menakjubkan. Tetapi lambat laun kian menurun. Alam
mempunyai batas maksimal untuk berproduksi. Jika batas tersebut terlampaui,
produktifitas lahan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan asupan
eksternal sintetis yang berlebihan. Selain mengganggu kesehatan dan menyebabkan
kerusakan lingkungan, penggunaan asupan eksternal tersebut secara tidak
langsung merebut kedaulatan petani dalam berproduksi, menciptakan
ketergantungan petani terhadap asupan luar. Untuk berproduksi, petani
menggunakan pupuk dan pestisida sintetis yang faktanya diproduksi oleh
perusahaan-perusahaan besar. Petani harus menukarkan hasil produksinya hanya
untuk mendapatkan asupan tersebut. Semakin lama penggunaan pupuk dan pestisida
menyebabkan ketergantungan lahan atau tanaman terhadap asupan tersebut.
Mesin-mesin dan bahan bakar merupakan input yang datang bukan hanya dari luar
daerah usaha tani, namun seringkali datang dari luar negeri. Ini berarti bahwa
input itu harus diimpor dan dibayar dengan hasil pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar