Sejak tahun
1974, World Health
Organization (WHO) telah bekerja
sama dengan Global Environment
Monitoring System (GEMS)
bagian udara yang mengoperasikan jaringan pengontrol
udara diperkotaan. GEMS menjalankan
jaringannya keseluruh dunia
untuk mengontrol kualitas
udara dan air, dibantu oleh WHO dan United Nation Environment Programme
(UNEP). Baru-baru ini komisi
kesehatan dan lingkungan
WHO yang telah
merampungkan tugasnya,
mengidentifikasi polusi udara
diperkotaan sebagai masalah
pokok kesehatan lingkungan yang patut mendapatkan prioritas utama untuk
diatasi.
Pusat koordinasi
untuk GEMS didirikan
dibawah UNEP pada
tahun 1975. Berdasarkan data - data dari GEMS bagian
udara dan informasi tambahan,WHO dan UNEP menerbitkan dua cara penilaian
kualitas udara perkotaan diseluruh dunia tahun 1980 yaitu
: Polusi Udara
Perkotaan tahun 1973-1980
pada 1984 dan
penilaian kualitas udara tahun 1989.
A. Studi Tentang Kualitas Udara
Kelompok
kota-kota yang terpilih itu adalah : 3 kota di Amerika Utara, 3 kota di Amerika
Selatan, sebuah kota di Afrika, 11 kota di Asia dan 2 kota di Eropa. Kota-kota
tersebut adalah : Buenos Aires di Argentina, Sao Paulo Raya, dan Rio de janero
di Brazilia, Meksiko di Meksiko ; Beijing dan Sanghai di Cina, Kairo de Raya di Mesir,
Kalkuta, New Delhi
dan Bombay Raya
di India, Karaci
di Pakistan, Jakarta
di Indonesia, Tokyo di Jepang, Manila di Filipina, Bangkok di Thailand,
Seoul di Korea, Moskow di Rusia,
London di Britania
Raya, Los Angeles
dan New York
di Amerika Serikat. Alasan utama
dalam memilih kota-kota besar ini adalah, karena kota-kota ini:
1. Mempunyai
masalah pencemaran paling serius
2. Mempunyai
wilayah daratan yang luas dengan jumlah penduduk yang besar, dimana jumlah
keseluruhan penduduk di
20 kota-kota ini
tahun 1990 kira-kira mencapai 234 juta orang.
3. Bakal banyak
kota-kota lainnya yang sedang
meningkat statusnya sebagai kota metropolitan, point terakhir ini
merupakan hal yang penting.
Sebuah tinjauan
masalah polusi udara
dikota-kota besar dan
kesukaran mengidentifikasi serta mencari pemecahan masalahnya merupakan
peringatan bagi kota-kota yang sedang
berkembang pesat lainnya.
Juga dapat sebagai
pedoman untuk mengatasi dan
mencegah sebagian masalah tersebut. Untuk
menghimpun data-data global
polusi udara dikota-kota
besar sangat sulit, karena
1. Informasi tentang
zat-zat pencemaran dan
kesehatan mereka sering
tidak ada, tidak lengkap atau
sudah usang.
2. Adanya
perbedaan dalam metodologi dan laporan antar negara, dalam negara yang sama dan dikota-kota.
3. Kekurangan data
yang dipakai, termasuk
yang tidak mewakili
persoalan dibandingkan,dan
dicatat dimana yang perlu.
4. B.
Pengertian tentang Polusi Udara Perkotaan
5. Masalah pencemaran
udara dikota-kota besar,
sangat dipengaruhi dan
berbeda oleh berbagai faktor yaitu: tofografi, kependudukan, iklim dan
cuaca serta tingkat atau angka
perkembangan sosio ekonomi
dan industrialisasi. Masalah-masalah ini akan meningkat
keadaannya, jika jumlah penduduk perkotaan semakin meningkat yang mengakibatkan
jumlah penduduk yang terpapar polusi
udara juga meningkat.
Perkiraan-perkiraan PBB menunjukkan
sampai tahun 2000 sekitar 47 persen
dari jumlah keseluruhan populasi
akan tinggal didaerah perkotaan. Pada tahun1990, 60 kota-kota
didunia mempunyai jumlah
penduduk ± 3
juta orang dan
pada tahun 2000 diproyeksikan 85
kota-kota akan termasuk jenis katagori ini.
C.
Sumber-sumber polusi udara
Pertumbuhan polusi
kota dan tingakt
industrialisasi yang tak
terhindar, akan mengarah kepada
kebutuhan enegi yang
lebih besar, pada
umumnya akan menghasilkan
pembuabuangan limbah atau
zat pencemar lebih
banyak.pembakaran bahan bakar
posil untuk pemanasan rumahtangga untuk pembangkit tenaga listrik, kendaraan
bermotor, dalam proses-proses industri dan pembuangan limbah padat
dengan pembakaran merupakan
sumber utama dari pembuangan
limbah zat-zat pencemar didaerah
perkotaan.
Walaupun penemuan-penemuan pembuangan
limbah cair secara
rinci tidak tersedia luas bagi kota-kota itu sendiri.
Berdasarkan observasi nasional dan adanya
peningkatan registrasi kendaraan bermotor akhir-akhir ini, dapat
disimpulkan bahwa kendaran bermotor merupakan sumber utama dari zat-zat pencemar
udara terutama CO, NO, dan NO2, SPM dimayoritas dikota-kota besar
dinegara industri. Suatu hal yang perlu diperhatikan pada beberapa negara
berkembang adalah
cenderung banyaknya
kendaraan bermotor tua
dan tak terawat
sehingga jelas merupakan suatu
faktor yang menunjukkan kendaraan tersebut adalah sumber zat-zat pencemar.
Banyaknya jumlah kendaraan bermotor didunia saat ini dipusatkan kedalam
kelompok ekonomi pendapatan
tinggi dunia. Pada
tahun 1988, negara-negara OECD (Organization
for Economic Cooperation
and Development) mencatat
bahwa dari 80% jenis-jenis mobil
didunia: 70%nya adalah jenis truk dan bus-bus , >50% merupakan kendaraan
beroda dua dan tiga.
D. Distribusi dan Transportasi
Dalam keadaan
penyebaran normal, gas-gas pencemar yang panas akan timbul
disaat mereka datang dan kontak dengan masa
udara yang dingin, pada ketinggian yang lebih tinggi. Bagaimanapun
lingkaran-lingkaran tertentu, suhu udara lebih meningkat jauh dan membentuk
suatu lapisan inversi beberapa puluh atau ratus meter diatas tanah. Lapisan ini
akan merangkap polutan-polutan yang dekat sumber-sumber emisi dan berperan sebagai
pelindung panas, memperlambat
penyebarannya. Kondisi-ondisi
seperti ini akan
menjadi permasalahan jika
kecepatan angin rendah. Keadaan isotermal
adalah suatu keadaan
yang dijumpai bila
tidak ada perubahan
dalam temperatur didaerah ketinggian,
sehingga mempunyai pengaruh
yang sama. Fenomena iklim
dan cuaca lain
yang sangat mempengaruhi
kualitas udara adalah heat
urban island yaitu
panas yang dihasilkan
oleh sebuah kota
mengakibatkan meningkatnya suhu udara, sehingga terjadi penarikan suhu
lebih dingin kedalam dan kemungkinan udaranya lebih tercemar dari daerah-daerah
industri sekitarnya. Sebaiknya pada kota-kota
yang bersuhu lebih
tinggi, yang terkena
sinar matahari dengan kepadatan
lalu lintas yang tinggi, cenderung mudah terbentuknya jaringan ozon dan
fotokimia oksidan lain dari emisi-emisi polutan.
E. Dampak Polusi Udara
Dampak memberikan
pengaruh yang merugikan
bagi kesehatan manusia, bukan saja
dengan terhisap langsung,
tetapi juga dengan
cara-cara pemaparan lainnya
seperti: meminum air yang terkontaminasi dan melalui kulit. Umumnya sebagian
besar zat-zat polutan udara ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan dan
pembuluh darah. Meningginya angka kesakitan dan kematian dan adanya gangguan
fungsi paru-paru dikaitkan dengan kenaikan
konsentrasi zat SO2, SPM,
NO2 dan O3
yang juga mempengaruhi
sistem pernafasan. Pemaparan
yang akut dapat
menyebabkan radang paru
sehingga respon paru
kurang permeabel, fungsi pau menjadi berkurang dan menghambat jalan
udara. Ozon dapat mengiritasi
mata, hidung dan
tenggorokan dan penyebab
sakit kepala. CO
beraffianitas tinggi terhadap Hb sehingga mampu mengganti O2
dalam darah yang menuju ke sistem pembuluh darah dan jantung serta persarafan. Pb menghambat
sistem pembentukan Hb
dalam darah merah,
sumsum
tulang, merusak fungsi
hati dan ginjal dan penyebab kerusakan syaraf. Pengaruh-pengaruh langsung dari
polusi udara terhadap kesehatan manusia tergantung pada;
intensitas dan lamanya
pemaparan, juga status
kesehatan penduduk yang terpapar.
F. Pemantau Kualitas Udara
Pada
tahun 1980, pemantau udara secara tradisioil didirikan di negara-negara
berkembang, khususnya
di Asia dan
Amerika Selatan. Saat
sekarang ini perhatian
besar ditujukan terhadap pemantauan oksidan fotokimia, O3 dan
VOCs. Walaupun alat ini
tidak begitu banyak
berkembang, hanya sedikit
negara yang rutin memonitor O3 sebagai pedoman dari polusi
fotokimia. Untuk zat polutan VOCs jarang digunakan karena sulitnya data tentang
zat ini diperoleh.
Sebagai kunci
dari prioritas pemantauan
zat polutan adalah
resikonya terhadap kesehatan manusia.
Pusat monitor hanya
memantau data-data tentang tingkat polusi udara di saat tertentu
dan contoh tempat tertentu. Bahkan
pada negara-negara maju
dengan tingkat industri
tinggi umumnya hanya terbatas
pada pengamatan lokasi secara rutin. Pada
tahun 1980, pemantau udara secara tradisionil didirikan negara-negara belum berkembang,
khusus di Asia dan Amerika Selatan. Saat sekarang ini perhatian besar ditujukan
terhadap pemantau oksidan fotokimia,O3 dan VOCs. Walaupun alat ini
tidak begitu banyak berkembang,hanya sedikit negara yang rutin memonitor
O3 sebagai pedoman
dari polusi fotokimia.
Untuk zat polutan VOCsjaramg digunakan karena sulitnya
data tentang zat ini diperoleh. Sebagai kunci
dari prioritas pemantauan
zat polutan adalah
resikonya terhadap
kesehatan manusia. Pusat
monitor hanya memantau
data-data tentang tingkat
polusi udara disaat tertentu dan
contoh tempat tertentu. Bahkan pada negara-negara
maju dengan tingkat
industri tinggi umumnya hanya terbatas pada pengamatan lokasi
secara rutin, karena besarnya biaya untuk mendirikannya. Menurt penilitian WHO
dari 60 perusahaan-perusahan didunia,hanya 34 yang memiliki rencana pemantauan
sedang yang 16 lagi tidak ada.
Banyak kota-kota
besar didunia kualitas
udaranya memburuk karena
tercemar oleh: zat-zat
pencemar yang sumbernya berasal dari pabrik-pabrik industri, kendaraan
bermotor, proses pembakaran,pembuangan limbah
padat.zat-zat pencemar yang paling sering dijumpai adalah: SO2,
NO dan NO2, Pb, SPM, O3 dan CO untuk
memonitor zat-zat polutan
ini, WHO (tahun
1974) telah bekerjasama dengan global Environment
monitoring System (GEMS) bagian udara. Faktor-faktor
yang mempengaruhi
distribusi dan transport zat polutan ini adalah: letak topografi daerah,
intensitas dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. Dampak yang paling
utama
adalah terhadap kesehatan
manusia terutama pada
sistem pernapasan, pembuluh
darah, persarafan, hati dan ginjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar