Alam memiliki suatu hubungan reaksi yang sulit dijelaskan dengan merkuri atau raksa. Tetapi para peneliti dari Department of Energy’s Oak Ridge National Laboratory telah berhasil membuat suatu penemuan yang dapat menjelaskan hubungan yang aneh ini.
Ketika
para ilmuwan telah mengetahui bahwa beberapa mikroba di lingkungan perairan
dapat menghasilkan metilmerkuri, suatu bentuk senyawa organomerkuri yang lebih
beracun dibanding merkuri itu sendiri yang terakumulasi dalam tubuh ikan,
mereka juga mengetahui bahwa alam dan beberapa spesies bakteri lainnya dapat
mengubah metilmerkuri ke dalam bentuk yang kurang toksik. Hal yang kurang
mereka pahami sepenuhnya adalah bahwa mekanisme transformasi ini terjadi pada
keadaan lingkungan yang anoksik atau kurang oksigen.
“Hingga
saat ini, reaksi antara merkuri murni dengan material organik terlarut telah
dipelajari dalam kondisi lingkungan anoksik,” kata Baohua Gu dari Environmental
Sciences Division Department of Energy’s Oak Ridge National Laboratory.
Pada sebuah jurnal yang dipublikasikan
pada Proceedings
of the National Academy of Sciences, sebuah
tim riset yang dipimpin oleh Gu melaporkan bahwa senyawa yang dilepaskan oleh
material organik akuatik telah mempengaruhi terjadinya siklus merkuri di
lingkungan perairan tersebut. Konsentrasi yang rendah dari senyawa ini dapat
mengurangi merkuri, tetapi seiring dengan bertambahnya konsentrasi senyawa
tersebut reaksi yang terjadi semakin terhambat. Dari fakta ini didapat suatu
kesimpulan bahwa senyawa yang dihasilkan dari reaksi tersebut bertindak sebagai
inhibitor bagi reaksi selanjutnya. Para peneliti ini melakukan eksperimen
mereka dengan menyesuaikan kondisi eksperimen dengan kondisi sesungguhnya di
alam.
“Studi ini mendemonstrasikan bahwa
pada sedimen dan lingkungan air yang anoksik, materi organik tidak hanya mampu
untuk mengurangi merkuri, tetapi juga dapat mengikat merkuri,” kataLiyuan
Liang, co-author jurnal
ini. “Pengikatan ini juga menyebabkan merkuri kurang tersedia bagi
mikroorganisme untuk membentuk metilmerkuri.”
Para
penulis juga menginformasikan bahwa dalam jurnal ini ditawarkan suatu mekanisme
yang dapat membantu menjelaskan interaksi antara material organik dengan
merkuri di dalam lingkungan akuatik yang terlihat cukup kontradiktif.
Gu
dan Liang berharap pengetahuan terbaru ini dapat memainkan peranan penting
dalam membantu untuk memahami terjadinya siklus merkuri di lingkungan akuatik
dan sedimen serta dapat membantu menginformasikan pengambilan kebijakan
berkaitan dengan penanganan pencemaran merkuri di berbagai negara.
“Tujuan
jangka panjang kami adalah untuk memahami mekanisme pengontrolan metilmerkuri
di lingkungan,” kata Liang. “Pemahaman ini dapat menuntun kita kepada cara
untuk mengurangi tingkat keracunan merkuri pada tubuh ikan karena ini merupakan
permasalahan global yang cukup signifikan dampaknya.”
Merkuri
tersebar di banyak tempat di dunia yang utamanya diakibatkan oleh pembakaran
batubara, proses industri, dan kejadian alam seperti erupsi gunung berapi.
Berbagai macam bentuk merkuri ditemukan dalam sedimen dan perairan.
Penelitian
semacam ini diuntungkan oleh kecanggihan laboratorium geokimia dan
mikrobiologi, pemodelan komputasional dan simulasi, sumber neutron berkelas
dunia, serta sistem komputer yang berperforma tinggi yang dimiliki oleh Oak
Ridge National Laboratory.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar