Kamis, 11 April 2013

PENCEMARAN AIR DAN SIFAT AIR TERCEMAR



Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air minum yang terpcemar mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan timbul pada pantai laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan air akan berkurang pada air sungai yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda.

A. Pengelompokan Bahan  Pencemar Air (Polutan)

Untuk memudahkan pembahasan mengenai berbagai jenis polutan, polutan air dapat dikelompokkan atas 9 grup berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya sebagai berikut:
  1. Padatan
  2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding wastes)
  3. Mikroorganisme
  4. Komponen organik sintetik
  5. Nutrien tanaman
  6. Minyak
  7. Senyawa anorganik dan mineral
  8. Bahan radioaktif
  9. Panas


B.   Sifat-Sifat Air Tercemar


Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi atau tidak, diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan dari batasan-batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat polusi air misalnya:
  1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas
  2. Suhu
  3. Warna, bau dan rasa
  4. Jumlah padatan
  5. Nilai BOD/COD
  6. Pencemaran mikroorganisme patogen
  7. Kandungan minyak
  8. Kandungan logam berat
  9. Kandungan bahan radioaktif

B. Bahan Buangan Yang Memerlukan Oksigen

1.    Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhuk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm, sedangkan biota air dingin memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm.

2.  Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecahkan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi.
Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel.

3.  Chemical Oxygen Demand (COD)
Untuk mengetahui jumlah organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari pada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD (chemical oxygen demand), yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dikhromat , untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.

C.  Mikroorganisme

Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup di dalam air, atau tidak tahan lama hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok.
 Air dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan. Patogen yang sering diiemukan di dalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera, Shigella dysenteriae penyebab disenteri basiler, Salmonella typosa penyebab tifus dan S. paratyphi penyebab paratifus, virus polio dan hepatitis, dan Entamoeba histolytica penyebab disentri amuba. Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air perlu dilakukan control terhadap polusi air.          

D. Logam Berat

Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan, oleh karena itu diproduksi secara rutin dalam skala industri. Industri-industri logam berat tersebut seharusnya mendapat pengawasan yang ketat sehingga tidak membahayakan bagi pekerja-pekerjanya maupun lingkungan sekitarnya. Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung  maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungan. Logam-logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), Kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi.
Gambar .2. Hubungan antara berbagai bentuk merkuri dan sifat-sifatnya di dalam
                     tubuh

E. Bahan Pencemaran Lain

 
1.  Deterjen

Deterjen dalam arti luas adalah bahan yang digunakan sebagai pembersih,termasuk sabun cuci piring alkali dan cairan pembersih. Definisi yang lebih spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat dalam deterjen. Penggunaan deterjen sebagai bahan pembersih terus berkembang dalam 20 tahun terakhir. Hal ini disebabkan deterjen mempunyai efisiensi pembersihan yang baik, terutama jika digunakan di dalam air sadah atau pada kondisi lainnya yang tidak menguntungkan bagi sabun biasa.    

2.  Insektisida
Insektisida banyak digunakan untuk berbagai tujuan melawan serangga, misalnya membasmi hama tanaman,membersihkan lingkungan dari serangga pembawa penyakit, mengawetkan bahan bangunan, membasmi hama gudang, dan sebagainya. Pada saat ini telah diketahui berjuta-juta spesies serangga ,dan beberapa ribu spesies beberapa diantaranya sering menimbulkan masalah. Dengan perkembangan teknologi pada saat ini, insektisida yang paling banyak digunakan adalah insektisida organik sintetik. Penggunaan insektisida ini banyak menimbulkan masalah dalam pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air, bahan pangan, dan debagainya.
Insektisida organic sintetik dapat dibedakan atas tiga kelompok berdasrkan struktur dan komposisinya,yaitu:
  1. Insektisida organokhlorin, misalnya DDT, metosikhlor, aldrin dan dieldrin
  2. Insektisida organofosfor, misalnya parathion dan malathion
  3. Insektisida karbamat, misalnya karbaril (Sevin) dan baygon

3.Radiokatif
           Uranium dan produk-produk pemecahannya merupakan salah satu contoh elemen yang mempunyai inti sangat tidak stabil. Disintegrasi atau pemecahan inti tersebut akan menghasilkan inti emisi radioaktif yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup, bahkan mungkin dapat mematikan. Beberapa macam aktivitas yang merupakan sumber pontensial pencemaran radioaktif telah diketahui dan berperan dalam polusi lingkungan, diantaranya yaitu:
  1. Peleburan dan pengolahan logam untuk memproduksi komponen radioaktif yang berguna.
  2. Penggunaan bahan radioaktif untuk senjata nuklir.
  3. Penggunaan bahan radioaktif untuk pembangkit tenaga nuklir.
  4. penggunaan bahan radioaktif untuk pengobtan, industri, dan penelitian.

F. Penanganan Air Buangan

 Air yang tealah digunakan untuk keperluan industri, irigasi, keperluan rumah tangga, dan keperluan lainnya sering di kembalikan lagi ke sumber asalnya . keadaan ini merupakan masalah karena semakin lama jumlah polutan di dalam air tersebut menjadi semakin tinggi. Bab ini akan menjelaskan secara singkat mengenai penaganan air buangan atau limbah cair,baik secara fisik, kimia, maupun biologis.
 Bentuk control polusi air yang paling umum dilakukan di dalam industri-industri terdiri dari sistem buangan dan penanganan air buangan. Air buangan dikumpulkan melalui sistem buangan dan dialirkan ke tempat pengolahan limbah, dimana air buangan yang keluar dari tempat pengolahan limbah tersebut diharapkan mutunya sudah memenuhi syarat untuk dibuang kembali ke dalam suplai air umum . proses penanganan air buangan pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap, yaitu: proses penanganan primer, sekunder, dan tersier atau lanjut.



BEBERAPA JENIS PENCEMAR AIR

A.  Padatan

Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifatnya lainnya, terutama kelarutannya yaitu:
1.    Padatan terendap (sedimen)
2.    Padatan tersuspensi dan koloid
3.    Padatan terlarut
4.    Minyak dan lemak
Dalam analisis air, selain padatan-padatan tersebut di atas sering juga dilakukan analisis terhadap total padatan, yaitu semua padatan setelah airnya dihilangkan atau diuapkan. Padatan yang terdapat di dalam air juga dapat dibedakan atas padatan organik dan anorganik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar