Industri oleokimia di
Indonesia merupakan industri yang memiliki backup bahan baku yang sangat
melimpah karena Indonesia merupakan produsen bahan baku bagi industri ini yakni
CPO terbesar di dunia.
Meskipun memiliki
industri bahan baku yang melimpah, namun perkembangan industri ini masih kalah
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang kapasitas produksinya
mencapai dua kali lipat dari Indonesia.
Sebagai gambaran,
Indonesia menguasai sekitar 12 persen permintaan oleochemical dunia yang
mencapai enam juta metrik ton per tahun, sementara Malaysia mencapai 18,6
persen.
Industri oleokimia
merupakan industri yang strategis karena selain keunggulan komparatif yakni
ketersediaan bahan baku yang melimpah juga memberikan nilai tambah produksi
yang cukup tinggi yakni di atas 40 persen dari nilai bahan bakunya yakni CPO
dan PKO.
Industri oleokimia
adalah industri antara yang berbasis minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti
sawit (PKO). Dari kedua jenis produk ini dapat dihasilkan berbagai jenis produk
antara sawit yang digunakan sebagai bahan baku bagi industri hilirnya baik
untuk kategori pangan ataupun non pangan.
Diantara kelompok
industri antara sawit tersebut salah satunya adalah oleokimia dasar (fatty
acid, fatty alcohol, fatty amines, methyl esther, glycerol). Produk-produk
tersebut menjadi bahan baku bagi beberapa industri seperti farmasi, toiletries,
dan kosmetik.
Fatty alcohol sebagian
besar digunakan untuk produksi deterjen sebesar 48 persen dan pembersih
kemudian disusul oleh penggunaan sebagai bahan antioksidan sebesar 11 persen.
Sedangkan glycerin
banyak digunakan antara lain untuk sabun, kosmetik dan obat-obatan yang
mencakup 37 persen dari total konsumsi material ini. Kelompok produk lainnya
yag cukup banyak menggunakan glycerin adalah Alkyd resin dan makanan
masing-masing 13 dan 12 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar