02. PERSPEKTIF
TENTANG LIMBAH
Pemecahan permasalahan seringkali bergantung pada bagaimana cara kita memandang permasalahan tersebut. Hal ini juga berlaku bagi permasalahan limbah. Ada banyak perpektif tentang limbah, apakah itu perspektif pelaku industri, ahli lingkungan, masyarakat, atau pemerintah. Alangkah baiknya bila kita mengenali berbagai perspektif yang timbul berkenaan dengan limbah tersebut. Pada gilirannya, perspektif tentang limbah tersebut akan menimbulkan sebuah reaksi. Sehingga lahirlah berbagai alat (tools) atau pendekatan untuk mengelola limbah, didasarkan atas persepsi tentang limbah tersebut.
Setidaknya ada delapan perspektif tentang limbah yang dapat diidentifikasi, yaitu :
Pemecahan permasalahan seringkali bergantung pada bagaimana cara kita memandang permasalahan tersebut. Hal ini juga berlaku bagi permasalahan limbah. Ada banyak perpektif tentang limbah, apakah itu perspektif pelaku industri, ahli lingkungan, masyarakat, atau pemerintah. Alangkah baiknya bila kita mengenali berbagai perspektif yang timbul berkenaan dengan limbah tersebut. Pada gilirannya, perspektif tentang limbah tersebut akan menimbulkan sebuah reaksi. Sehingga lahirlah berbagai alat (tools) atau pendekatan untuk mengelola limbah, didasarkan atas persepsi tentang limbah tersebut.
Setidaknya ada delapan perspektif tentang limbah yang dapat diidentifikasi, yaitu :
- Limbah
sebagai limbah. Limbah kadang dipandang sebagai limbah itu sendiri, dan
dianggap sebagai sesuatu yang 'tidak terpakai' lagi. Reaksi yang muncul
atas persepsi ini adalah pendekatan end-of-pipe, yaitu mengelola limbah
setelah limbah tersebut timbul. Perlakuan yang dilakukan terhadap limbah
adalah membuangnya atau mengolahnya. Pendekatan ini telah memberikan beban
biaya bagi perusahaan.
- Limbah
sebagai suatu kerusakan (defect). Limbah dipandang sebagai kerusakan dalam
proses produksi. Untuk memperbaikinya diperluaslah konsep zero defects
dalam Total Quality Management (TQM). Dalam konsep ini limbah, yang
dianggap sebagai suatu kerusakan dan ketidakefisienan, dicegah sebelum
timbul. Konsep pencegahan pencemaran (pollution prevention) adalah reaksi
yang paling dekat dengan persepsi limbah sebagai defect ini. Eliminasi
material beracun dan sulit dikelola, menggunakan proses yang tepat, dan
mengeliminasi proses yang tidak perlu adalah dasar dari pendekatan
pencegahan pencemaran.
Alat-alat TQM seperti pareto chart, cause-effect diagrams, dan continuous improvement diterapkan untuk memecahkan permasalahan limbah, sehingga muncullah sebuah pendekatan baru, yaitu Total Quality Environmental Management. - Limbah
sebagai issue kesehatan masyarakat. Limbah dan bahan kimia dipandang
divonis sebagai sesuatu yang membahayakan kesehatan masyarkat dan
lingkungan. Pendekatan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah pengurangan
resiko penggunaan bahan beracun serta mengeliminasi pencemar yang bersifat
persisten dan bioakumulatif. Pendekatan yang muncul adalah Precautionary
Principles.
- Limbah
sebagai biaya tak terakuntansi. Limbah dianggap sebagai biaya tersembunyi
(hidden cost) dalam overhead perusahaan. Untuk mengatasinya,
dikembangkanlah pendekatan untuk mengeksplisitkan seluruh biaya yang
timbul dalam bisnis. Alat yang muncul adalah Total Cost Accounting.
- Limbah
sebagai kesalahan perancangan (design). Perspektif ini cukup proaktif,
karena memandang bahwa kehadiran limbah seharusnya sudah terdeteksi sejak
tahap desain. Baik limbah itu timbul dari material, proses produksi,
pemakaian, maupun pembuangan. Diintegrasikanlah desain dengan lingkungan,
yang memunculkan sebuah pendekatan baru, yaitu Design for Environment
(DfE). Dalam penerapnnya, Design for Environment ini banyak menggunakan
pendekatan analisis daur hidup (life cycle analysis).
- Limbah
sebagai kesalahan manajemen. Pandangan ini menganggap perlunya limbah diintegrasikan
ke dalam proses bisnis. Pandangan ini diterima sangat luas di dunia.
Munculah ISO 14001 (Environmental Management System) yang berlaku di
seluruh dunia dan EMAS (Eco-Management and Auditing Scheme) yang berlaku
di Eropa.
- Limbah
sebagai produk yang tidak terwujudkan. Industri dianggap sebagai bagian
dari ekosistem industri. Seperti suatu ekosistem yang umumnuya membentuk
suatu loop, maka pendekatan yang dilakukan adalah menutup loop. Penutupan
dilakukan dengan daur ulang, daur pakai, dan penggunaan limbah energi.
Pendekatn yang menyertai persepsi ini adalah industrial ecology, yang
mengkaji aliran material dan energi dalam aktivitas industri dan konsumen
serta mengkaji dampaknya terhadap seluruh aspek lingkungan.
- Limbah
sebagai issue moral. Sebagai issue moral, limbah dikaitkan dengan
keberlanjutan tersedianya sumberdaya untuk generasi mendatang.
Pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan adalah salah satu
sasarannya. Pendekatan moral ini cukup diterima oleh kalangan bisnis
sebagai 'operational value'. Pendekatan yang muncul adalah Sustainable
Development.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar