Banjir adalah bahaya
yang sebetulnya sangat mungkin bisa diatasi. Ada dua hal yang dapat
menjustifikasi pernyataan tersebut. Pertama, banjir adalah jenis bahaya yang
dapat diprediksi. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dan Sistem Informasi
Manajemen Bencana Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Simba Lapan),
misalnya, jauh-jauh hari telah memberikan peringatan dini akan bahaya banjir
melalui media.
Kedua, banjir adalah
bahaya yang bukan terjadi karena faktor hidrometeorologis saja dengan curah
hujan yang tinggi, tetapi ditentukan faktor kualitas lingkungan. Rumus banjir
adalah curah hujan yang tinggi ditambah kualitas lingkungan. Untuk curah hujan
yang tinggi, sifatnya taken for granted. Tidak bisa diutak-atik oleh kita.
Bangladesh memiliki
230 sungai. Sebanyak 57 di antaranya adalah sungai internasional (sungainya
lintas negara). Tiga sungai lintas batas yang besar yakni Sungai Gangga,
Brahmanaputra, dan Meghna, hanya 7% dari daerah tangkapan airnya yang berada di
Bangladesh. Sungai-sungai utama panjangnya mulai dari 500 hingga 2.500 km
dengan lebar berkisar dari 1 hingga 20 km dengan tingkat kemiringan yang sangat
datar.
Banjir di Bangladesh terbagi menjadi dua
tipe, banjir rutin atau barsha yang menggenangi hingga 20% wilayah Bangladesh
dan banjir frekuensi rendah dengan besaran tinggi, dikenal dengan sebutan
bonna, yang dapat menggenangi lebih dari 35% wilayah Bangladesh.
Penanganan banjir di
Bangladesh dibagi empat hal. Pertama dari strategi mitigasi dan manajemen
banjir. Awalnya, strategi penanganan banjir di Bangladesh dititikberatkan pada
langkah-langkah struktural berupa projek skala besar pengontrol banjir, drainase,
dan irigasi. Kemudian disadari hal semacam itu selain membutuhkan dana sangat
besar, juga memerlukan waktu lama .
Oleh karenanya,
kemudian dialihkan pada pembangunan pengontrol banjir, drainase, dan irigasi
skala kecil dan sedang. Sejak 960, sekitar 628 projek skala kecil, sedang, dan
besar dari pengontrol banjir, drainase, dan irigasi telah diimplementasikan di
Bangladesh. Infrastruktur tersebut diharapkan dapat melindungi 5,37 juta
hektare tanah mencakup 35% total wilayah Bangladesh.
Mitigasi struktural
saja, ternyata tidak dapat mengatasi banjir. Bahkan, beberapa infrastruktur
yang dibangun mengalami kerusakan karena erosi dan bobol seperti halnya
Bendungan Gumti di Etbapur banjir 1999.
Langkah-langkah
nonstruktural seperti prakiraan banjir dan peringatan dini akhirnya dilakukan.
Sistem peringatan dini dan prakiraan banjir Bangladesh dibuat 1970,
dimodernisasi 1996, dan kemudian 2000. Sistem tersebut saat ini mencakup semua
daerah rawan banjir di Bangladesh. Terdiri dari 85 stasiun pemantau banjir yang
menyajikan informasi banjir real time dan peringatan dini dengan waktu
persiapan 24-48 jam.
Pelibatan masyarakat
dalam manajemen banjir pun dilakukan. Ada hal menarik di Bangladesh ini.
Filosofi bagaimana untuk hidup bersama risiko banjir pun muncul berkembang di
masyarakat. Ini tidak terlepas dari "kesadaran kolektif" masyarakat
Bangladesh bahwa justru banjir memberikan dampak positif tersendiri bagi
kesuburan lahan pertanian mereka.
Kedua, instrumen hukum dalam manajemen dan
banjir, dibuat dengan terbitnya berbagai macam regulasi, yang kemudian
diintegrasikan dalam National Water Code. Pengembangan sistem pengumpulan data
hidrologis pun dibangun dengan data selama kurun waktu 40 tahun terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar