Banjir
kali ini menunjukkan krisis ekologi, dan krisis ekologi pada dasarnya adalah
krisis spiritual. Bencana alam tidak bisa dialamatkan pada fenemona alam
semata. Eksploitasi eksesif, perusakan habitat, konsumsi eksesif, dan
penyalahgunaan sumber-sumber daya alam hanya dilakukan manusia yang mengalami
kekeringan spiritual.
Banjir
dan kerusakan alam juga merupakan dampak individualisme dan egoisme, selain
materialisme yang membuat manusia kering dari kesadaran ekologis. Begitu pula,
kepentingan sesaat dan sempit menjadikan manusia tidak peduli dengan integritas
dan kesehatan ekosistem Bumi.
Dari
sudut pandang teologis, musibah banjir adalah azab Tuhan bagi manusia yang
belum jera berbuat kezaliman. Dampak banjir sama sekali melampaui status
sosial, suku, atau agama. Banjir adalah tanda manusia tidak bersyukur atas
karunia hujan. Jika kamu bersyukur pasti Kutambah nikmat-Ku dan bila kamu
kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih (Al-Quran: Ibrahim,7).
Ini juga
akibat manusia tidak pandai mengambil pelajaran dari sejarah. Padahal, banjir
masif pernah memusnahkan kaum Nabi Nuh akibat ulah mereka sendiri. (Al Quran:
VII,64).
Tuhan
menciptakan alam berikut hukum-hukum kausalnya (law of nature). Dengan
hujan, Tuhan membuat tanah yang gersang dan tandus menjadi subur, sehingga
tumbuh berbagai tanaman. Namun, Tuhan mengingatkan, bila terjadi kerusakan di
muka Bumi, maka itu akibat ulah manusia sendiri.
Telah tampak
kerusakan di darat dan laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka
kembali ke jalan yang benar (Al Quran: Ar-Rum, 41).
Fritjof
Capra dalam The Turning Point: Science, Society and The Rising Culture
pernah menekankan, musibah Bumi terjadi akibat pengembangan iptek minus wawasan
spiritual. Wakil Presiden Amerika yang lalu, Al Gore, dalam Earth in the
Balance: Ecology and the Human Spirit, menyatakan, semakin dalam saya
menggali akar krisis lingkungan yang melanda dunia, semakin mantap keyakinan
saya bahwa krisis ini tidak lain adalah manifestasi nyata dari krisis spiritual
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar