Dalam rangka
mengatasi krisis BBM perlu kita pikirkan jalan keluarnya, salah satunya
adalah
membuat gas metan berupa biogas
yang bahannya berasal dari kotoran ternak
,karena kotoran ternak selama
ini hanya dijadikan sebagai pupuk kandang dan
walaupun
sering kali
menjadikan pencemaran lingkungan ditengah masyarakat sekitar.
Oleh karena itu
biogan metan bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah
dan gas elpiji
yang saat ini sulit di dapat oleh masyarakat, walaupun ada harganya
sangat mahal sulit terjangkau oleh masyarakat.
Dengan adanya program pemerintah
ini, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan
kotoran ternaknya menjadi biogas
untuk memasak makanan, air dan lain-lain yang
ramah lingkungan. Biogas ini bukan
hal yang baru karena sejak tahun 1900 India
merupakan pelofor pengguna biogas
sejak di jajah Inggris. Karena di berbagai
negara seperti Inggris, rusia, Amerika,
sudah lama mengunakan biogas dari kotoran
ternak.
Jika kita
menggantungkan terus pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas
sebagai energi
utama tanpa mencari alternatip lain maka beban hidup akan semakin
berat terutama masyarakat kecil pedesaan
padahal ada alternatip yang mudah
dengan membuat
biogas dari kotoran ternak. Pemerintah sudah saatnya
mengalokasikan
sebagian dari pengurangan subsidi BBM untuk mengembangkan
biogas dari
kotoran ternak keseluruh pelosak pedesaan.
Sudah saatnya
pula kita berfikir dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk
mengembangkan energi alternatip dari kotoran
ternak, karena sudah banyak hasil
penelitian ilmiah
yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah
mengaplikasikan hasil penelitian tersebut
untuk kepentingan masyarakat.
Usaha ini juga harus didukung dengan mengubah
pola pikir masyarakat
untuk menerima
kehadiran teknologi baru.
HASIL SAMPINGAN
TERNAK
Ternak sapi,
kerbau, kuda, ayam petelur, kambing banyak dipelihara oleh masyarakat
pedesaan sebagai
usaha sampingan selain bercocok tanam. Limbah dari usaha tersebut
berupa limbah
padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, kulit telur,
lemak, darah, bulu, kuku dan lain lainnya.
Volume dan jenis limbah tergantung pada
jenis dan banyaknya ternak yang dipelihara.
Feses, urine, sisa makanan yang
merupakan limbah utama dari ternak selama ini
oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai
pupuk organik.
Pemanfaatan Limbah ternak selama ini belum optimal, karena sebelum
kotoran ternak
itu dijadikan pupuk organik terlebih dahulu dapat diproses untuk
menghasilkan
biogas dimana gas itu dapat digunakan untuk memasak menggantikan
minyak tanah ataupun gas LPG.
Disisi lain,
peternakan juga menjadi penyebab timbulnya pencemaran air, bau tak sedap,
mengganggu pemandangan dan bahkan sebagai
sumber penyakit. Kita ingat belum
lama ini dengan
timbulnya wabah flu burung. Dengan adanya teknologi biogas seluruh
permasalahan lingkungan akibat pencemaran
dapat dikurangi.
PRINSIP PEMBUATAN
BIOGAS
Prinsip pembuatan
biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari
udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan
(yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang
disebut biogas.
Bangunan utama dari instalasi
biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil
perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak
digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan
organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester
tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya
biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan
sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan
seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat
dan pipa paralon.
Lokasi yang akan dibangun
sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung
disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung
sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan
pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
ISI DAN PEMBAHASAN
Beberapa kelompok masyarakat di Indonesia memang sudah
mulai berhasil mengurangi ketergantungan kepada energi fossil atau energi
konvensional. Keterlibatan organisasi-organisasi non-pemerintah dalam
mendampingi kreasi masyarakat itu membantu penyebaran pengetahuan dan
keterampilan baru itu kepada kelompok-kelompok masyarakat lain.
Menurut perkiraan Energy Information Administration (EIA),
pemakaian energi hingga tahun 2025 masih didominasi bahan bakar fosil, yakni
minyak bumi, gas alam dan batubara, termasuk di Indonesia. Meskipun, data
Departemen ESDM menyebutkan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia hanya cukup
untuk 18 tahun kedepan, sedangkan gas bumi masih cukup untuk 61 tahun lagi, dan
cadangan batubara masih lumayan lama — 147 tahun. Selain itu, bahan bakar fosil
mengeluarkan emisi karbon yang besar dan merupakan salah satu sumber utama
pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim.
Pembuatan Biogas
Bio gas sangat
mudah diproduksi. Bahan dasarnya berupa kotoran sapi diaduk ke dalam drum.
Komposisinya setengah drum diisi kotoran sapi sebanyak kira-kira tiga argo
(kereta dorong yang biasa untuk mengangkut bahan bangunan). Baru seperempatnya
ditambahi air. Setelah komposisi itu terpenuhi, kotoran sapi dan air diaduk
merata. Ampas kotoran dari rumput-rumputan yang belum halus oleh proses
pencernaan di dalam perut sapi dipisahkan. Ini dilakukan agar tidak terjadi
penyumbatan saat dimasukkan ke dalam reaktor.
Cara kerja
membuat biogas:
Mencampurkan
kotoran sapi yang masih baru keluar dari anus sapi dengan air
( perbandingannya 1:1) di bak pencampuran / tempat yang telah disediakan.
setelah itu,
campuran itu akan masuk ke dalam reaktor /digesternya dan disitu akan terjadi
reaksinya.
gas yang
dihasilkan akan tertampung dengan sendirinya melalui saluran pipa yang telah
disambungkan ke tempat penampungan gas.
gas yang
dihasilkan dapat dibakar dan menjadi api sehingga bisa digunakan untuk memasak.
JENIS JENIS
PENGOLAHAN LIMBAH
1. Pengolahan
Limbah Secara Fisika
Pada umumnya,
sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar
bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis
di dalam bak pengendap.
2. Pengolahan
Limbah Secara Kimia
Pengolahan air
buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat
organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan
sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (flokulasi-koagulasi),
3. Pengolahan
Limbah Secara Biologi
Semua air buangan
yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder,
pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan
efisien. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas
dua jenis, yaitu:
1. Reaktor
pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor
pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Kesimpulan
Program
pemerintah berupa bogas dapat di jadikan sebagai energi alternatif untuk jangka
panjang terutama masyarakat pedesaan karena BBM semakin mahal. Limbah biogaspun
dapat di manfaatkan sebagai pupuk organic dan juga dapat mengurangi pencemaran
lingkungan.
.Saran
Semoga pemerintah
semakin menggalakkan program biogas dan memberikan subsidi kepada petani ternak
agar meraka lebih menguasai teknik pembuatan biogas yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar