Selasa, 14 Mei 2013

Para pemimpin di Indonesia mulai menyadari akan posisi strategis sektor pertanian yang selama ini dipinggirkan, coba berikan opini anda sehubungan dengan studi kasus “Revitalisasi Pertanian Tidak Perlu Ke Negeri Cina“ !


7.        Para pemimpin di Indonesia mulai menyadari akan posisi strategis sektor pertanian yang selama ini dipinggirkan, coba berikan opini anda sehubungan dengan studi kasus “Revitalisasi Pertanian Tidak Perlu Ke Negeri Cina“  !
Jawab: Dalam wacana “Revitalisasi Pertanian Tidak Perlu Ke Negeri Cina“, penulis menjelaskan keadaan pertanian dan petani Indonesia, yang tidak diperhatikan pemerintah. Karena pemerintah hanya melihat dalam skala umum. Tidak melihat secara khusus, dimana kedua hal tersebut, adalah topik utama, sebagai sumber dari isu pangan di Indonesia. Revolusi Hijau yang sangat berorientasi pada peningkatan hasil produksi justru mengakibatkan dampak negatif berkepanjangan dari segi ekonomi, lingkungan, hingga rusaknya tatanan budaya bercocok tanam padi bagi petani sawah. Sejarah juga mencatat bahwa sistem pertanian yang bersifat ‘high input’ justru telah menyebabkan rusaknya ekosistem, terjadinya ledakan hama, turunnya kualitas padi (yang ditandai dengan tingginya kandungan residu kimia dalam beras yang kita konsumsi) dan hilangnya berbagai pengetahuan bercocok tanam yang selama ratusan tahun terbukti ramah lingkungan, murah dan efektif. Penulis mengajak berbagai pihak untuk turut memperhatikan faktor-faktor ‘lain’ yang terkait dengan mata rantai budi daya dan konsumsi tanaman padi seperti kesejahteraan petani, perbaikan kualitas padi, dan yang paling penting adalah penguatan peran petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian.
Jika pemerintah mau melihat dan memperhatikan petani, sebetulnya ada banyak petani yang memiliki kreativitas dalam usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara yang mudah, murah dan aman bagi kelestarian lingkungan. kita dapat melihat bahwa dengan penuh ketekunan beberapa orang petani berhasil mengembangkan varietas padi hasil persilangan yang produktivitasnya bahkan lebih tinggi dari varietas padi berlabel yang didistribusikan olah perusahaan benih. Belum lagi beberapa orang petani yang dengan tekun dan teliti melakukan berbagai percobaan untuk dapat menghasilkan pestisida dari bahan-bahan alami seperti kecubung, bawang putih, dan berbagai tanaman lokal yang sudah sejak ratusan tahun lalu dipergunakan sebagai pengusir hama (kebanyakan pengetahuan semacam ini hilang setelah diperkenalkannya pestisida kimia).
Dari segi kebijakan saya melihat bahwa pemerintah seharusnya tidak lagi memfokuskan usaha revitalisasi pertanian yang berorientasi semata-mata hanya pada hasil dan peningkatan produksi. Sudah waktunya kita melakukan usaha-usaha untuk memperkuat peranan petani sebagai pelaku utama. Artinya, bagaimana menciptakan petani-petani kreatif yang mampu mengupayakan usaha budidaya pertanian yang murah, memiliki produktivitas yang tinggi dan sekaligus produknya sehat untuk dikonsumsi.
Di sisi lain, ada beberapa kasus dimana petani tidak mau mengkonsumsi padi yang mereka tanam karena mereka paham akan bahayanya. Kualitas padi yang didukung dengan “input luar” dalam kadar tinggi, memang bagus namun, tetap saja menggunakan bahan kimia, yang bahayanya jelas lebih tinggi daripada organik sepenuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar