Sabtu, 04 Mei 2013

REVITALISASI PERTANIAN TIDAK PERLU KE NEGERI CINA


PENDAHULUAN
Pencanangan revitalisasi pertanian dan pemenuhan target peningkatan produksi dua (2) juta ton beras oleh Presiden SBY pada awal tahun 2007
Penggunaan benih padi hibrida dianggap sebagai salah satu solusi terbaik untuk memenuhi target peningkatan produksi
Wakil Presiden Yusuf Kalla pergi ke China untuk mendatangkan benih-benih hibrida dan juga alih teknologi

PERMASALAHAN
Sistem pertanian yang bersifat ‘high input’ justru telah menyebabkan:
  1. Rusaknya ekosistem.
  2. Terjadinya ledakan hama.
  3. Turunnya kualitas padi (yang ditandai dengan tingginya kandungan residu kimia dalam beras yang kita konsumsi).
  4. Hilangnya berbagai pengetahuan bercocok tanam yang selama ratusan tahun terbukti ramah lingkungan, murah dan efektif.

Berita tsb bertolak belakang dengan pengalaman penulis selama melakukan program pengabdian masyarakat untuk Departemen Antropologi UI di Indramayu
Beberapa orang petani di Indramayu memliki kreativitas, daya juang dan semangat yang tinggi. Mereka juga melakukan penelitian dan menggali pengetahuan-pengetahuan dari berbagai sumber untuk dapat menunjang aktivitas pertaniannya.
Beberapa orang petani berhasil mengembangkan varietas padi hasil persilangan yang produktivitasnya bahkan lebih tinggi dari varietas padi berlabel yang didistribusikan olah perusahaan benih.
Mendatangkan benih dari luar negeri bukanlah jawaban tepat untuk melakukan revitalisasi pertanian.


KESIMPULAN
Pemerintah jangan hanya melihat persoalan pertanian (terutama padi) berdasarkan pada produktivitas (hasil), tanpa memperhatikan mata rantai budidaya pertanian termasuk kesejahteraan petani dan kesehatan konsumen.
Seharusnya pemerintah fokus pada bagaimana menciptakan petani-petani kreatif yang mampu mengupayakan usaha budidaya pertanian yang murah, memiliki produktivitas yang tinggi dan sekaligus produknya sehat untuk dikonsumsi. Dengan kata lain menciptakan situasi sama-sama menang ‘win-win solution’

Tidak perlu pergi jauh-jauh ke China untuk mencari bibit unggul dan belajar menciptakan benih yang bisa memroduksi 7-8 ton padi per hektar. Di Kabupaten Indramayu sudah banyak breeder (farmer-breeder) terlatih yang sudah siap dengan benih-benih baru hasil persilangan mereka 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar