Kamis, 11 April 2013

BUMI SEMAKIN PANAS


Menurut Soemarwoto (1992), yang dimaksud dengan pemanasan global ialah naiknya suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca (ERK). ERK sendiri sangatlah berguna, karena tanpa adanya ERK rata – rata suhu permukaan bumi hanyalah –18o C. Dengan adanya ERK suhu rata – rata permukaan bumi ialah 15o C. ERK terjadi karena sinar infra-merah yang dipancarkan kembali oleh bumi terserap oleh gas tertentu yang disebut gas rumah kaca(GRK). GRK terpenting ialah CO2, CFC, metan, ozon dan N2O, masing – masing kurang dari 10%. Dengan demikian pada waktu ini GRK terpenting ialah CO2 disusul oleh CFC
Pemantulan atmosfer bumi menunjukkan kadar GRK menunjukkan gejala terus meningkat. Karena itu orang sangat khawatir, intensitas ERK akan naik sehingga suhu permukaan bumi juga akan naik. Berdasarkan atas hasil pemantauan itu orang memproyeksikan suhu akan naik dengan 3o C pada kira – kira tahun 2030, jadi hanya 22 tahun dari sekarang. Karena  pengetahuan para pakar tentang ERK masih jauh dari sempurna, maka perkiraan tentang kenaikan suhu masih banyak berbeda, bahkan ada yang memperkirakan akan terjadi pendinginan karena adanya umpan-balik negative, antara lain dari uap air. Namun demikian, meskipun masih banyak terdapat ketidakpastian, Karena pemanasan global akan mempunyai dampak yang besar terhadap kesejahteraan manusia pada umumnya, seyogyanyalah kita berusaha untuk mengurangi terjadinya pemanasan global. Salah satu penyebab kenaikan CO2 yang merupakan GRK terpenting ialah penebangan hutan dan pembakaran biomassanya serta konversi hutan menjadi tataguna lahan nir-hutan. Dengan ini karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas ke dalam atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2 dari udara melalui fotosintesis hutan berkurang. Kemampuan penyerapan CO2 dan penyimpanan karbon disebut endapan (sink) karbon.Selain hutan,laut merupakan pula endapan karbon yang besar.setelah hutan di tebang,sinar matahari dapat langsung  mengenai permukaan tanah.Dengan kenaikan suhu itu dekomposisi bahan organic di atas dan di dalam tanah di percepat,sehingga terlepaslah karbon yang tersimpan bahan organic itu.Kegiatan penebangan hutan di daerah tropic akhir-akhir ini banyak terjadi,sehingga timbulah tuduhan bahwa hutan tropic merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global.namun masalah Ini haruslah ditinjau dalam perspektif holistik dan historik.
CFC merupakan gas buatan manusia yang banyak digunakan dalam industri untuk pembuatan karet dan plastic busa, dalam industri elektronika, sebagai gas pendorong kemasan aerosol, dalam mesin pendinginan dan pembeku serta dalam kehidupan sehari – hari untuk membersihkan pakaian. Gas sejenis juga digunakan dalam alat pemadam kebakaran. Konsumsi CFC terbesar terdapat di Negara maju dan Negara Eropa Timur, yaitu 84% dari konsumsi sedunia.
Ozon terbentuk melalui proses fotokimia. Di stratosfer pembentukan itu terjadi dari O2 dengan menggunakan energi yang tinggi dalam sinar ultraviolet. Di stratosfer itu terjadi steady state pembentukan dan penguraian ozon. Proses pembentukan dan penguraian O3 dalam stratosfer berguna bagi makhluk hidup. Di troposfer ozon terbentuk pula melalui proses fotokimia dari gas limbah pembakaran BBM yang sebagian besar terjadi di Negara maju.
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar