Menurut Soemarwoto (1992), yang
dimaksud dengan pemanasan global ialah naiknya suhu permukaan bumi karena
naiknya intensitas efek rumah kaca (ERK). ERK sendiri sangatlah berguna, karena
tanpa adanya ERK rata – rata suhu permukaan bumi hanyalah –18o C.
Dengan adanya ERK suhu rata – rata permukaan bumi ialah 15o C. ERK
terjadi karena sinar infra-merah yang dipancarkan kembali oleh bumi terserap
oleh gas tertentu yang disebut gas rumah kaca(GRK). GRK terpenting ialah CO2,
CFC, metan, ozon dan N2O, masing – masing kurang dari 10%. Dengan
demikian pada waktu ini GRK terpenting ialah CO2 disusul oleh CFC
Pemantulan atmosfer bumi menunjukkan
kadar GRK menunjukkan gejala terus meningkat. Karena itu orang sangat khawatir,
intensitas ERK akan naik sehingga suhu permukaan bumi juga akan naik.
Berdasarkan atas hasil pemantauan itu orang memproyeksikan suhu akan naik
dengan 3o C pada kira – kira tahun 2030, jadi hanya 22 tahun dari
sekarang. Karena pengetahuan para pakar
tentang ERK masih jauh dari sempurna, maka perkiraan tentang kenaikan suhu
masih banyak berbeda, bahkan ada yang memperkirakan akan terjadi pendinginan
karena adanya umpan-balik negative, antara lain dari uap air. Namun demikian,
meskipun masih banyak terdapat ketidakpastian, Karena pemanasan global akan
mempunyai dampak yang besar terhadap kesejahteraan manusia pada umumnya,
seyogyanyalah kita berusaha untuk mengurangi terjadinya pemanasan global. Salah satu penyebab kenaikan CO2 yang merupakan
GRK terpenting ialah penebangan hutan dan pembakaran biomassanya serta konversi
hutan menjadi tataguna lahan nir-hutan. Dengan ini karbon yang tersimpan dalam
biomassa hutan terlepas ke dalam atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2
dari udara melalui fotosintesis hutan berkurang. Kemampuan penyerapan CO2
dan penyimpanan karbon disebut endapan (sink)
karbon.Selain hutan,laut merupakan pula endapan karbon yang besar.setelah hutan
di tebang,sinar matahari dapat langsung
mengenai permukaan tanah.Dengan kenaikan suhu itu dekomposisi bahan
organic di atas dan di dalam tanah di percepat,sehingga terlepaslah karbon yang
tersimpan bahan organic itu.Kegiatan penebangan hutan di daerah tropic
akhir-akhir ini banyak terjadi,sehingga timbulah tuduhan bahwa hutan tropic
merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global.namun masalah Ini haruslah
ditinjau dalam perspektif holistik dan historik.
CFC merupakan gas buatan manusia yang banyak digunakan
dalam industri untuk pembuatan karet dan plastic busa, dalam industri
elektronika, sebagai gas pendorong kemasan aerosol, dalam mesin pendinginan dan
pembeku serta dalam kehidupan sehari – hari untuk membersihkan pakaian. Gas
sejenis juga digunakan dalam alat pemadam kebakaran. Konsumsi CFC terbesar
terdapat di Negara maju dan Negara Eropa Timur, yaitu 84% dari konsumsi
sedunia.
Ozon terbentuk melalui proses fotokimia. Di stratosfer
pembentukan itu terjadi dari O2 dengan menggunakan energi yang
tinggi dalam sinar ultraviolet. Di stratosfer itu terjadi steady state pembentukan dan penguraian ozon. Proses pembentukan
dan penguraian O3 dalam stratosfer berguna bagi makhluk hidup. Di
troposfer ozon terbentuk pula melalui proses fotokimia dari gas limbah
pembakaran BBM yang sebagian besar terjadi di Negara maju.
Pemanasan global
adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut,
dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan
Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas
manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua
akademi sains nasional dari negara-negara G8.
Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh
projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga
6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan
angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus
pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan
akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas
rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan
akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air
laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan
jumlah dan pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah
mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan
bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan
bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi
perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang
harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau
untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar
pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada
pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar