Kamis, 11 April 2013

HUTAN TANAMAN INDUSTRI



Menurut Kusmana dan Istomo (2008), dalam rumusan hasil  Lokakarya Pembangunan Timber Estate pada tanggal 29-31 Maret 1984 di Kampus Darmaga Fakultas Kehutanan IPB. Istilah resmi Hutan Tanaman Industri (HTI) waktu itu belum banyak dikenal maka digunakan istilah Timber Estate (perkebunan kayu). Tujuan pembangunan HTI adalah :(1) Menyediaan bahan baku industri perkayuan secara mantap dalam jumlah dan mutu dari hutan tanaman disamping bahan baku yang berasal dari hutan alam. (2) Meningkatkan nilai tambah dari hutan dan meningkatkan penerimaan negara (3) Meningkatkan peranan Indonesia sebagai penghasil dan pengekspor kayu tropis utama di dunia. (4) Mendorong pertumbuhan pembangunan daerah sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing dalam rangka pembangunan nasional dan pembangunan wilayah. (5) Memperluas kesempatan usaha dan kesempatan kerja bagi semua golongan masyarakat. (6) Mempercepat alih teknologi ke tangan bangsa Indonesia. (7) Meningkatkan peranan energi alternatif, khususnya yang berasal dari biomassa dalam penyediaan energi nasional, baik untuk keperluan industri maupun rumah tangga. (8) Turut mengendalikan dan mengamankan keserasian lingkungan hidup.
Target yang akan dicapai dalam pembanguna HTI waktu itu adalah :
(1) Terbentuknya HTI sedikitnya seluas 6,2 juta ha pada tahun 2000. (2) Produksi kayu yang mulai dihasilkan pada tahun-10 (1994) dan mencapai puncaknya pada tahun-30 (2015) sekitar 90 juta m3/tahun.
Hutan tanaman industri (HTI) diarahkan sesuai jenis dan tujuan HTI yaitu (1) Kayu pertukangan untuk tujuan industri kayu penggergajian dan plywood dengan arahan daur 10-30 tahun. (2) Kayu serat dan pulp untuk tujuan industri pulp, kertas, rayon dll. dengan arahan daur 8-20 tahun. (3) Kayu energi untuk tujuan industri arang dan kayu bakar dengan arahan daur 5 tahun. Berdasarkan hasil lokakarya tersebut lokasi pembangunan HTI diarahkan pada (1) Tanah kosong dan padang alang-alang. (2) Semak belukara dan (3) hutan rawang dan hutan tidak produktif.
Hal-hal penting yang menjadi kendala dalam pencapaian target dan permasalahan yang muncul seputar pembangunan HTI adalah :
1.Pembangunan HTI yang mengandalkan murni dana investor tidak menarik karena pengembaliam modal yang lama, banyak diliputi ketidakpastian baik politik, sosial dan ekonomi. Dengan skema penyertaan dana pemerintah (terutama dana DR ) sering memberi peluang untuk para pengusaha spekulan. 2.Masalah ketidakpastian kawasan areal calon HTI yang umumnya sudah diokupasi masyarakat dan adanya tumpang tindih penggunaan lahan di lapangan 3.Kriteria tanah kosong dan padang alang-alang yang memberi peluang keberhasilan pembangunan HTI sangat rendah karena tanahnya yang tidak subur dan biaya produksi tinggi. Kriteria hutan tidak produktif yang multitafsir dan konversi hutan alam menjadi HTI dengan adanya IPK semakin memperparah degradasi hutan alam yang tidak diimbangi keberhasilan/ peningkatan produktivitas HTI. Dampak keberhasilan HTI terhadap aspek lingkungan pada dasarnya jelas memberikan manfaat yang sangat positif. Manfaat positif yang dapat diperoleh pada aspek lingkungan pembangunan HTI adalah : 1.Meningkatkan produktivitas dan kualitas hutan jika HTI dibangun pada lahan yang tidak produktif (tanah kosong, padang alang-alang atau lahan kritis lainnya). 2. Manjaga keseimbangan tata air dan meningkatkan serapan air, jika HTI dibangun pada lahan kritis dengan curah hujan tinggi yang sering dilanda banjir, erosi dan longsor. 3. Dalam kaitannya dengan pemanasan global satu-satunya komponen ekosistem di bumi yang dapat menyerap CO2 cukup tinggi dan menghasilkan O2 adalah pohon atau hutan cepat tumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar