1.
Menurut kajian paleontropologis setidaknya ada sembilan jenis mahluk serupa
manusia, yaitu Australopithecus aferensis, A.
africanus, Paranthropus aethiopicus, P. robustus, P. boisei, Homo
habilis kecil, H. habilis besar, H. erektus, dan H. sapiens. Homo habilis mahir menggunakan
alat-alat batu. Homo erektus (manusia
purba) sudah mengenal api untuk penghangat dan memasak. Manusia modern yang ada
sekarang dikelompokkan sebagai Homo sapiens. Apa pendapat anda mengenai hal tersebut, jika
dikaitkan dengan eksistensi manusia dan sejarah peradabannya ? Kajian paleontropologis,
menerangkan kemiripan beberapa makhluk yang serupa dengan manusia. Menurut saya
manusia memang berevolusi, namun bukan dari makhluk – makhluk diatas, yang saya
maksud disini, evolusi yg terjadi pada manusia adalah diakitbatkan adanya
perubahan lingkungan dimana manusia tinggal pada jaman dahulu. Bukan merupakan
bagian dari manusia pada saat ini. Walaupun persentase kemiripan antara makhuk
tsb dengan manusia cukup tinggi, tetap saja bukan benar – benar 100% sama.
Selain itu penyebaran yg ada diberbagai wilayah, merupakan gaya hidup manusia
dalam mencari timpat tinggal dengan berbagai sumber daya alam yg dapat
menunjang kebutuhan hidupnya.
2.
Jelaskan mengenai gaya hidup asli manusia ! Gaya hidup asli manusia adalah pemburu,
berkelompok, dan berpindah tempat guna mendapatkan tempat tinggal yg layak
untuk terus bertahan hidup.
3.
Berikan penjelasan mengenai pengelompokan kebutuhan manusia yang paling hakiki
! Kebutuhan manusia
yang paling hakiki dapat dikelompokan sebagai kebutuhan fisiologis, fisik dan
pisikologi. Kondisi fisiologis adalah terpenuhinya pangan bagi masyarakat yang
dikenal dengan istilah ketahanan pangan (food
security), disamping kebutuhan fisiologis akan air dan udara, khususnya
oksigen (O2). Kebutuhan fisik meliputi perlindunga dan ketentraman, sedangkan
kebutuhan psikologis, meliputi penyelesaian permasalahan yg berkaitan dgn
kejiwaan yang timbul dari lingkungan.
4.
Apa yang dimaksud dengan ketahanan dan keamanan pangan ?
Dalam
undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan didefinisikan
Ketahanan Pangan (food resistance).
Ketahanan pangan itu merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan fisiologi bagi
rumah tangga yang tercemin dari tersedianya pangan, air dan udara yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Soerjani, dkk, 2006).
Keamanan pangan itu sendiri diartikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah pangan dari kemungkinan kerusakan, pencemaran biologi, kimia, dan benda lain
yang dapat menggangu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
5.
Bagaimana bisa terjadi kasus keracunan pangan ? Coba kaitkan dengan studi kasus
mengenai bahaya makanan dalam kaleng ! Kemajuan jaman yang mempengaruhi berubahnya
gaya hidup setiap individu. Hadirnya jenis “fast food” adalah salah satu contoh
yg dapat kita temukan dengan mudah. Fast food dengan berbagai jenis produk dan
kemasan, mempunyai kandungan gizi mungkin memenuhi standar. Namun, siapa yg
tahu kalau cukup banyak ditemukan juga kasus keracunan pangan yg ditemukan
akibat makanan dalam kemasan. Seperti dikemukakan pada artikel “Bahaya
Mengintip dari Makanan Kaleng”. Jenis makanan yg dikemas dalam kaleng, memang
praktis dan karena alasan yg satu ini menyebabkan sebagaian orang lalai dalam
memperhatikan kandungan gizi, kebersihan, dan kesehatannya. Penyebab lain adalah,
produsen makanan yg tidak memperhatikan kelayakan komposisi dan informasi nilai
gizi yg terkandung didalamnya. Oleh karena itu sebagai konsumen, kita harus
cermat sebelum mengkonsumsi makanan, terlebih lagi dalam kemasan kaleng.
6.
Bagaimana hubungan antara kebutuhan fisik manusia dengan kondisi lingkungan
yang sangat rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, banjir, letusan
gunung api, longsor, badai, dan sebagainya ?
Manusia
adalah makhluk yang membutuhkan sumber daya alam guna mempertahankan hidupnya.
Namun, penggunaan sumber daya alam yang ada seringkali berlebihan tanpa
memikirkan keseimbangan ekosistem suatu lingkungan. Banyaknya bencana alam yang
terjadi, merupakan akibat dari keserakahan manusia dalam mengelola sumber daya
alam. Seperti pada bab ke satu, telah dijelaskan bahwa dalam penglolaan sumber
daya alam, tidak hanya menggunakan motif ekonomi, namun juga motif keberkahan
dan kesejahteraan. Karena hal ini akan memberikan akibat buruk bagi manusia itu
sendiri.
7.
Kebutuhan dasar manusia dengan keberadaannya dalam lingkungan hidup juga
menimbulkan masalah sikap kejiwaannya, maka belakangan muncul psikologi
lingkungan atau ekopsikologi. Bagaimana pendapat anda mengenai hal ini ? Semakin berkembangnya zaman,
maka permasalahan dalam kehidupan akan semakin complex, dan tentunya ini
disebabkan oleh lingkungan dimana seseorang tinggal. Lingkungan hidup dewasa
ini, menuntut kesempurnaan di setiap bidang, dalam bergaul. Mereka yang tidak
dapat memenuhi tuntutan sering terkena depresi. Majunya teknologi juga secara
tidak langsung juga dapat mempengaruhi tingkat stress manusia menjadi lebih
tinggi. Di perkotaan contohnya, dengan terbatasnya ruang gerak, padatnya
kendaraan dengan polusi udara dan suara yang semakin meningkat mempunyai akibat
yg lebih tinggi bagi kejiwaan bagi mereka yg tinggal di perkotaan daripada
mereka yg tinggal di kawasaan pedesaan, dengan ruang terbuka yang sejuk, dan
masih segar, sangat mempengaruhi ketenangan jiwa bagi seseorang. Dengan adanya
ilmu ekopsikologi, menurut saya akan sangat membantu dalam mengurangi tingkat
depresi seseorang dizaman ini.
8.
Bagaimana hubungan antara kebutuhan dasar manusia, kondisi lingkungan dan
pengelolaan bahan kimia?
Kebutuhan dasar manusia yang beraneka ragam dan tak
pernah habis, akan menciptakan inovasi – inovasi baru yang sangat membantu
dalam memenuhi tingginya kebutuhan manusia saat ini. Namun, di sisi lain,
kemudahan yang manfaatnya dirasakan saat ini, akan menimbulkan dampak kerusakan
yg cukup signifikan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, saya mengambil
contoh penggunaan DDT. Krisis pangan yang pernah terjadi di dunia, dengan
tingkat hasil pertanian yg rendah, dan berkembangnya penyakit menular oleh
serangga, telah membuat manusia begitu terkesan dalam memanfaatkan DDT sebagai
solusi dalam menghadapi masalah yang terjadi saat itu. Siapa yg menyangka bahwa
dalam beberapa tahun kemudian, DDT telah menimbulkan banyak kerugian serta
kerusakan pada lingkungan dan ekosistemnya. Tentunya kejadian ini tidak ingin
terulang kembali, mengingat banyaknya lingkungan yg juga telah rusak akibat
ulah manusia sendiri. Sehingga pengelolaan bahan kimia perlu diberikan
perhatian lebih, karena eksistensi manusia sangat bergantung pada
lingkungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar