Kamis, 11 April 2013

TUGAS BAB 2


1.    Menurut kajian paleontropologis setidaknya ada sembilan jenis mahluk serupa manusia, yaitu Australopithecus aferensis, A. africanus, Paranthropus  aethiopicus, P. robustus, P. boisei, Homo  habilis kecil, H. habilis besar, H. erektus, dan H. sapiens. Homo habilis mahir menggunakan alat-alat batu. Homo erektus (manusia purba) sudah mengenal api untuk penghangat dan memasak. Manusia modern yang ada sekarang dikelompokkan sebagai Homo sapiens.  Apa pendapat anda mengenai hal tersebut, jika dikaitkan dengan eksistensi manusia dan sejarah peradabannya ? Kajian paleontropologis, menerangkan kemiripan beberapa makhluk yang serupa dengan manusia. Menurut saya manusia memang berevolusi, namun bukan dari makhluk – makhluk diatas, yang saya maksud disini, evolusi yg terjadi pada manusia adalah diakitbatkan adanya perubahan lingkungan dimana manusia tinggal pada jaman dahulu. Bukan merupakan bagian dari manusia pada saat ini. Walaupun persentase kemiripan antara makhuk tsb dengan manusia cukup tinggi, tetap saja bukan benar – benar 100% sama. Selain itu penyebaran yg ada diberbagai wilayah, merupakan gaya hidup manusia dalam mencari timpat tinggal dengan berbagai sumber daya alam yg dapat menunjang kebutuhan hidupnya.
2.    Jelaskan mengenai gaya hidup asli manusia ! Gaya hidup asli manusia adalah pemburu, berkelompok, dan berpindah tempat guna mendapatkan tempat tinggal yg layak untuk terus bertahan hidup.
3.    Berikan penjelasan mengenai pengelompokan kebutuhan manusia yang paling hakiki ! Kebutuhan manusia yang paling hakiki dapat dikelompokan sebagai kebutuhan fisiologis, fisik dan pisikologi. Kondisi fisiologis adalah terpenuhinya pangan bagi masyarakat yang dikenal dengan istilah ketahanan pangan (food security), disamping kebutuhan fisiologis akan air dan udara, khususnya oksigen (O2). Kebutuhan fisik meliputi perlindunga dan ketentraman, sedangkan kebutuhan psikologis, meliputi penyelesaian permasalahan yg berkaitan dgn kejiwaan yang timbul dari lingkungan.

4.    Apa yang dimaksud dengan ketahanan dan keamanan pangan ?
Dalam undang-undang RI  No. 7  Tahun 1996 tentang Pangan didefinisikan Ketahanan Pangan (food resistance). Ketahanan pangan itu merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan fisiologi bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya pangan, air dan udara yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Soerjani, dkk, 2006). Keamanan pangan itu sendiri diartikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan kerusakan, pencemaran biologi, kimia, dan benda lain yang dapat menggangu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
5.    Bagaimana bisa terjadi kasus keracunan pangan ? Coba kaitkan dengan studi kasus mengenai  bahaya makanan dalam kaleng ! Kemajuan jaman yang mempengaruhi berubahnya gaya hidup setiap individu. Hadirnya jenis “fast food” adalah salah satu contoh yg dapat kita temukan dengan mudah. Fast food dengan berbagai jenis produk dan kemasan, mempunyai kandungan gizi mungkin memenuhi standar. Namun, siapa yg tahu kalau cukup banyak ditemukan juga kasus keracunan pangan yg ditemukan akibat makanan dalam kemasan. Seperti dikemukakan pada artikel “Bahaya Mengintip dari Makanan Kaleng”. Jenis makanan yg dikemas dalam kaleng, memang praktis dan karena alasan yg satu ini menyebabkan sebagaian orang lalai dalam memperhatikan kandungan gizi, kebersihan, dan kesehatannya. Penyebab lain adalah, produsen makanan yg tidak memperhatikan kelayakan komposisi dan informasi nilai gizi yg terkandung didalamnya. Oleh karena itu sebagai konsumen, kita harus cermat sebelum mengkonsumsi makanan, terlebih lagi dalam kemasan kaleng.

6.    Bagaimana hubungan antara kebutuhan fisik manusia dengan kondisi lingkungan yang sangat rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, banjir, letusan gunung api, longsor, badai, dan sebagainya ?
Manusia adalah makhluk yang membutuhkan sumber daya alam guna mempertahankan hidupnya. Namun, penggunaan sumber daya alam yang ada seringkali berlebihan tanpa memikirkan keseimbangan ekosistem suatu lingkungan. Banyaknya bencana alam yang terjadi, merupakan akibat dari keserakahan manusia dalam mengelola sumber daya alam. Seperti pada bab ke satu, telah dijelaskan bahwa dalam penglolaan sumber daya alam, tidak hanya menggunakan motif ekonomi, namun juga motif keberkahan dan kesejahteraan. Karena hal ini akan memberikan akibat buruk bagi manusia itu sendiri.
7.    Kebutuhan dasar manusia dengan keberadaannya dalam lingkungan hidup juga menimbulkan masalah sikap kejiwaannya, maka belakangan muncul psikologi lingkungan atau ekopsikologi. Bagaimana pendapat anda mengenai hal ini ? Semakin berkembangnya zaman, maka permasalahan dalam kehidupan akan semakin complex, dan tentunya ini disebabkan oleh lingkungan dimana seseorang tinggal. Lingkungan hidup dewasa ini, menuntut kesempurnaan di setiap bidang, dalam bergaul. Mereka yang tidak dapat memenuhi tuntutan sering terkena depresi. Majunya teknologi juga secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi tingkat stress manusia menjadi lebih tinggi. Di perkotaan contohnya, dengan terbatasnya ruang gerak, padatnya kendaraan dengan polusi udara dan suara yang semakin meningkat mempunyai akibat yg lebih tinggi bagi kejiwaan bagi mereka yg tinggal di perkotaan daripada mereka yg tinggal di kawasaan pedesaan, dengan ruang terbuka yang sejuk, dan masih segar, sangat mempengaruhi ketenangan jiwa bagi seseorang. Dengan adanya ilmu ekopsikologi, menurut saya akan sangat membantu dalam mengurangi tingkat depresi seseorang dizaman ini.

8.    Bagaimana hubungan antara kebutuhan dasar manusia, kondisi lingkungan dan pengelolaan bahan kimia?
Kebutuhan dasar manusia yang beraneka ragam dan tak pernah habis, akan menciptakan inovasi – inovasi baru yang sangat membantu dalam memenuhi tingginya kebutuhan manusia saat ini. Namun, di sisi lain, kemudahan yang manfaatnya dirasakan saat ini, akan menimbulkan dampak kerusakan yg cukup signifikan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, saya mengambil contoh penggunaan DDT. Krisis pangan yang pernah terjadi di dunia, dengan tingkat hasil pertanian yg rendah, dan berkembangnya penyakit menular oleh serangga, telah membuat manusia begitu terkesan dalam memanfaatkan DDT sebagai solusi dalam menghadapi masalah yang terjadi saat itu. Siapa yg menyangka bahwa dalam beberapa tahun kemudian, DDT telah menimbulkan banyak kerugian serta kerusakan pada lingkungan dan ekosistemnya. Tentunya kejadian ini tidak ingin terulang kembali, mengingat banyaknya lingkungan yg juga telah rusak akibat ulah manusia sendiri. Sehingga pengelolaan bahan kimia perlu diberikan perhatian lebih, karena eksistensi manusia sangat bergantung pada lingkungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar