Sabtu, 13 April 2013

CIRI PERTANIAN INDUSTRIAL


A.   Penggunaan Benih Unggul
Salah satu ciri pertanian industrial adalah penggunaan benih hibrida dengan varietas yang selalu diperbarui oleh produsennya. Varietas baru ini hanya responsif bila pemakaian input (misalnya pupuk NPK, pestisida, dan ketersediaan air) dalam kondisi yang sempurna; sehingga mampu berproduksi lebih tinggi dari benih varietas lokal atau tradisional. Namun demikian, penggunaan benih hibrida memiliki sederet kelemahan, antara lain (Goering, 1993) sebagai berikut.

1.    Benih hibrida pada umumnya tidak mampu beradaptasi secara optimal dengan  agroklimat yang sesungguhnya dilapangan. 

2.    Generasi dari benih hibrida menyebabkan hilangnya vigor untuk persilangan murni.

3.    Menciptakan ketergantungan petani untuk selalu memberi benih buatan pabrik setiap musim tanam.

4.    Dalam benih hibrida hasil rekayasa genetika sering kali juga terbawa ikutan benih-benih hama atau penyakit tertentu.

 

B.  Penggunaan Pupuk Kimia

Penggunaan pupuk kimia buatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem usaha tani modern. Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan pupuk buatan dan input buatan pabrik yang lain cenderung meningkat secara signifikan. Namun demikian, peningkatan tersebut juga disertai dengan peningkatan beberapa problema, antara lain tekanan inflasi, degradasi ekosistem pertanian, secara ancaman kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.
Sebagian besar petani juga menggunakan pupuk fosfat yang diproduksi dengan menggunakan bahan baku deposit fosfat dari kerak bumi meningkat; padahal sumber daya tersebut termasuk sumber daya yang tak dapat diperbarui (unrenewable). Permintaan pupuk fosfat berbanding lurus dengan perusakan cadangan fosfat dan cukup mengkhawatirkan jika tidak diikuti dengan upaya eksploitasi yang lebih rasional.
Pada saat pupuk buatan diintroduksikan pertama kali, produksi memang meningkat secara menakjubkan. Namun, hasil yang tinggi itu tidak dapat dipertahankan  dalam jangka panjang; berbeda dengan penggunaan pupuk alamiah atau pupuk organik. Hasil laporan pembangunan dari Bank Dunia tahun 1984 menyimpulkan bahwa penggunaan pupuk kimia justru dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah. Penggunaan pupuk buatan oleh petani biasanya tidak diikuti dengan pergiliran tanaman dan perbaikan kesuburan tanah dengan memberikan pupuk kandang atau sisa-sisa tanaman. Pemakaian pupuk buatan pada pola tanaman monokultur sepanjang tahun akan mengakibatkan penurunan kandungan bahan organik dalam tanah, pemadatan, dan perusakan struktur tanah.
Pertanian industrial menganjurkan penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit,untuk menghindarkan tanaman dari risiko kehilangan hasil akibat serangga, hewan, dan mikroorganisme lainnya. Dalam teknik usaha tani, pestisida, insektisida,dan herbisida memiliki peran sentral untuk menggeser sistem pertanian kecil yang terdiversifikasi menuju industri pertanian monokultur secara revolusioner. Dari perspektif sempit atau jangka pendek, pemakaian pestisida tampaknya memang menguntungkan. Namun, dampaknya secara luas saat ini ternyata bahwa residu pestisida kimia merupakan ancaman serius (serious hazards) bagi lingkungan dan kesehatan manusia antara lain meningkatnya resistensi. Beberapa risiko penggunaan pestisida:
1.    Hama-hama, antara lain wereng cokelat, wereng hijau, hama ulat kubis (diamond backmoth), telah berkembang menjadi tahan terhadap berbagai formulasi pestisida.
2.    Hama wereng cokelat juga memperlihatkan resurjensi terhadap berbagai formulasi pestisida.
3.    Musuh-musuh alami (predator, parasitoid) dan makhluk-makhluk bukan sasaran
4.    dan yang berguna ikut binasa.
5.    Dalam ekosistem mina padi timbul risiko kematian ikan-ikan.
6.    Pencemaran air, tanah, dan udara tidak terhindarkan dan berisiko tinggi mencelakakan manusia karena sebagian besar penduduk di pedesaan masih banyak memanfaatkan air sungai untuk MCK.
7.    Ongkos produksi meningkat, baik bagi petani dan pemerintah (yang mengeluarkan subsidi sebesar US $ 100-150 juta per-tahun).





D.  Penggunaan Mekanisasi

Salah satu perubahan yang paling fundamental dalam industri pertanian adalah penggantian tenaga manusia dan hewan dengan tenaga mesin. Mekanisasi mampu meningkatkan hasil perunit input tenaga kerja dan menurunkan harga jual pangan per satuan. Namun demikian, mekanisasi dibidang pertanian juga banyak menimbulkan akibat buruk, antara lain hilangnya kesempatan kerja, terciptanya ketegantungan pada energi minyak bumi, diperlukan modal yang lebih besar, dan tersentralisasinya teknologi pada usaha tani berskala besar.
Mekanisasi cenderung hanya menguntungkan usaha tani berskala besar. Padahal, 60% lebih petani kita termasuk petani kecil (petani gurem).  Petani kecil harus menyewa traktor bergiliran dengan petani lain sehingga pengelola tanah dan aktivitas usaha tani yang lain tidak mandiri. Adanya, penggilingan padi menyebabkan petani meninggalkan alat-alat penumbuk tradisional, misalnya lumpang, lesung dan sebagainya. Penguasaan teknologi leh sekelompok kecil masyarakat cenderung memunculkan kelas feodal baru (patron) karena monopoli atau struktur sosial yang memang timpang. Introduksi teknologi baru yang hanya akan dikuasai oleh para pemilik modal menyebabkan terjadinya polarisasi distribusi pendapatan. Hayami (1986) mengistilahkan fenomena sosial dengan pertumbuhan (growtht) dan pemerataan (equity) yang saling meniadakan.

      E.  Penggunaan Bioteknologi
                  Selain masalah cloning, masalah benih transgenik juga cukup mengundang perdebatan diantara para ilmuwan. Menurut Dr. Hari Kartiko dari PAU Bioteknologi UGM, kontroversi yang timbul tentang keamanan organisme/pangan transgenik terhadap kesehatan dan keanekaragaman hayati disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya pemahaman tentang bioteknologi modem, adanya kesenjangan kebenaran ilmiah, dan perbedaan perspektif tentang konteks aman (safe) serta perbedaan perspektif tentang kepentingan dan linkungan aman. Pada hakikatnya, tidak ada teknologi tanpa risiko. Namun, konsumen berhak tahu kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi jika seseorang menggunakan teknologi baru atau produk teknologi baru. Masalah yang ada saat ini adalah tidak adanya transparansi tentang pemanfaatan bioteknologi dan produk ikutannya (asimetric information). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar